Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Monumen Puputan Klungkung

Kompas.com - 24/02/2024, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Monumen Puputan Klungkung adalah salah satu taman kota di Pulau Bali yang menyimpan cerita sejarah perlawanan rakyat terhadap bangsa penjajah.

Sesuai namanya, taman kota yang dilengkapi dengan monumen tugu prasasti ini dibangun untuk menghormati perjuangan rakyat dan penguasa Kerajaan Klungkung, yang gugur dalam peristiwa Puputan Klungkung pada 1908.

Monumen Puputan Klungkung didirikan di jantung Kota Semarapura, tepatnya di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali.

Berikut ini sejarah Monumen Puputan Klungkung.

Baca juga: Puputan Klungkung: Penyebab dan Jalannya Perang

Sejarah Monumen Puputan Klungkung

Monumen Puputan Klungkung dibangun sebagai simbol perjuangan rakyat Kerajaan Klungkung dalam melawan bangsa penjajah.

Peristiwa Puputan Klungkung terjadi pada April 1908. Dalam peristiwa itu, para tokoh pembesar Kerajaan Klungkung bersama hampir seluruh rakyat dan laskar Klungkung, berperang hingga titik darah penghabisan karena menolak tunduk terhadap Belanda.

Tokoh pembesar Kerajaan Klungkung yang gugur dalam peristiwa Puputan Klungkung antara lain, Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter, putra mahkota kerajaan, dan Raja Klungkung, Dewa Agung Jambe II.

Sebagai bentuk penghormatan dan peringatan atas jasa para pejuang Klungkung yang gugur ketika melawan penjajah Belanda, maka dibangunlah Monumen Puputan Klungkung.

Monumen Puputan Klungkung mulai dibangun pada 1986 dan selesai pada 1992.

Monumen Puputan Klungkung diresmikan pada 28 April 1992, bertepatan dengan peringatan 84 tahun Puputan Klungkung.

Baca juga: Sejarah Perang Puputan Badung (1906)

Ukuran Monumen Puputan Klungkung setinggi 28 meter, yang dibangun pada area seluas 123 meter persegi.

Kini, Monumen Puputan Klungkung menjadi salah satu obyek wisata sejarah di Kota Semarapura, yang menarik perhatian wisatawan.

Terlebih, monumen ini juga dikelilingi oleh destinasi wisata bersejarah lainnya, seperti Kertha Gosa, Bale Kambang, Pemedal Agung, dan Museum Semarajaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com