SEMUA terserah dengan kacamata siapa kita memandangnya. Kalau kita berpikir positif, memososikan diri seolah-olah sebagai pendukung masing-masing bergantian, maka hasilnya semua sesuai prediksi.
Pilihan kita tambah mantab. Dukungan kita semakin jelas. Itulah debat, yaitu menegaskan pilihan masing-masing.
Namun jika sebaliknya, melihat pihak seberang, kita akan antagonis. Poin demi poin akan kita berikan pada pilihan sendiri. Kelemahan demi kelemahan akan kita sampirkan pada kandidat lain.
Tergantung mata memandang. Sebagai pendukung atau tidak, akan menentukan penglihatan mata kita.
Debat bukan untuk menang atau kalah. Debat adalah penegasan pilihan. Debat bukan untuk menjatuhkan, tetapi melihat karakter, visi, ketenangan, kejelasan, dan kesiapan.
Semua itu juga masih bisa dilihat dari kacamata berbeda. Kita berdemokrasi. Kita hargai yang berbeda. Kita hidup di alam demokrasi digital penuh dengan keterbukaan dan transparansi. Tidak ada yang bisa disembunyikan.
Memang debat Cawapres tadi malam, berbeda dengan debat Capres yang lalu. Debat antar-Capres sangat familiar, karena saling mengenal antarketiganya.
Mereka saling mengikuti karier masing-masing. Mereka bersahabat dalam politik skala nasional. Mereka adalah sahabat yang kebetulan bersaing secara demokratis. Ada unsur saling mengetahui dan saling memprediksi. Begitu juga para penonton.
Debat Cawapres tadi malam, agak berbeda alur dan plotnya. Awalnya dingin, karena temanya adalah ekonomi. Angka, prosentasi, kenaikan dan keturunan, anggaran, infrastruktur, prediksi kedepan, dan lain-lain.
Rasanya diawali dengan sedikit kebosanan dan tidak sabar ingin melihat klimaksnya. Tidak ada titik penyerangan dan penonjolan, tidak seperti hukum, HAM, anti-korupsi, dan kebersihan pemerintah. Catatan jelas, dan saling mengenal.
Dalam hal ekonomi, sepertinya tidak ada celah titik tekan masing-masing. Semua tampak terukur dan poin perbedaan tidak menyolok.
Namun ketika menyangkut beberapa hal, terjadi perubahan nada dan suasana. Tentu sebagai politisi yang berpengalaman dengan berkecimpung di lembaga legislatif dan eksekutif Cawapres nomor satu lihai.
Kita lihat filosofi sarung selepetnya. Poin demi poin pun dikumpulkannya.
Begitu juga Cawapres nomor tiga, keahlian hukum dan kepakarannya juga menonjol. Tajam di awal, argumen demi argumen juga bisa dimengerti.
Cawapres nomor dua tidak menyerah sejak awal dan berjuang untuk meyakinkan penampilan. Bisa dikatakan sesuai dengan prediksi, bagi yang mendukungnya. Tidak sesuai dengan prediksi dan mengejutkan, bagi yang tidak menyangka.