Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Martti Ahtisaari, Presiden Finlandia yang Mendapat Nobel Perdamaian

Kompas.com - 14/11/2023, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Martti Oiva Kalevi Ahtisaari atau Martti Ahtisaari adalah seorang politikus asal Finlandia.

Selain itu, Martti Ahtisaari juga merupakan presiden ke-10 Finlandia periode 1994 hingga 2000 yang mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada 2008.

Apa peran Martti Ahtisaari hingga diberi hadiah Nobel Perdamaian?

Baca juga: Fridtjof Nansen, Penjelajah Penerima Nobel Perdamaian dari Norwegia

Awal kehidupan

Martti Ahtisaari lahir di Viipuri, Finlandia, pada 23 Juni 1937.

Ia adalah putra dari pasangan Oiva Ahtisaari dan Tyyyne.

Ayahnya, Oiva, bekerja sebagai NCO atau bintara di pasukan pasokan di Vyborg yang aktif berperang pada masa Perang Dunia II.

Sementara itu, ibunya, Tyyne, pindah ke Kuopio bersama dengan Martti untuk menghindari bahaya perang pada 1940.

Di Kuopio inilah Martti menghabiskan masa kecilnya sampai ia duduk di bangku SMA di Kupion Lyseo.

Lalu, pada 1952, Martti pindah ke Oulu, Finlandia bersama keluarganya.

Saat di Oulu, Martti melanjutkan pendidikan SMA dan lulus pada 1956.

Setelah itu, Martti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi guru di Oulu selama tiga tahun, hingga 1959.

Pada musim panas 1960, Martti berkesempatan untuk keluar dari Finlandia dan bekerja sebagai direktur sekolah asrama pendidikan jasmani Badan Swedia untuk Pembangunan Internasional di Karachi, Pakistan.

Martti tinggal di Karachi, Pakistan, selama tiga tahun sebelum akhirnya kembali ke Finlandia pada 1963.

Lebih lanjut, pada 1965, Martti bergabung dalam Kementerian Luar Negeri di Biro Bantuan Pembangunan Internasional dan bekerja di sana hingga 1972.

Baca juga: Penghargaan Adipura, Dua Kategori Penting

Perjalanan karier

Pada usia 36 tahun, Martti menjadi Duta Besar Finlandia untuk Republik Persatuan Tanzania (1973-1976).

Pengalaman ini telah membuka pintu karier yang lebih luas untuk Martti.

Ia untuk pertama kalinya menjabat sebagai anggota Senat Institut PBB untuk Namibia pada 1975 hingga 1976.

Kemudian, ia menjabat sebagai Komisaris PBB untuk Namibia sejak 1977 hingga 1981 dan pindah ke New York.

Saat menjabat sebagai Komisaris PBB, Martti diangkat sebagai Wakil Khusus Sekretaris Jenderal Namibia pada Juli 1978.

Masih menjabat sebagai Wakil Khusus untuk Namibia, Martti kembali ke Finlandia dan menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri bidang Kerjasama Pembangunan Internasional di Kementerian Luar Negeri Finlandia sejak 1984 hingga 1986.

Ia juga pernah menjadi Gubernur Finlandia di Bank Pembangunan AFrika, Bank Pembangunan Asia, dan Bank Pembangunan Antar-Amerika, dan di Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian.

Sepanjang periode itu, Martti menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Dana Industrialisasi Finlandia untuk negara-negara berkembang.

Dari Finlandia, Martti kembali ke New York dan diangkat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Administrasi dan Manajemen pada 1 Januari 1987.

Karena dianggap kompeten, Martti pun dipercaya untuk memimpin Kelompok Bantuan Transisi PBB (UNTAG) di Namibia sejak 1989 hingga 1990.

UNTAG adalah operasi PBB pertama yang mencakup pasukan penjaga perdamaian tradisional dan komponen sipil yang menangani masalah pemilu, polisi, HAM, dan pendidikan.

Setelah 13 tahun terlibat dalam PBB di Namibia, tugas perdamaian pertama Martti membawa hasil yang baik, dengan Namibia berhasil mencapai kemerdekaannya.

Baca juga: Perang Kosovo: Penyebab, Intervensi NATO, dan Dampaknya

Presiden Finlandia ke-10

Terhitung sejak 1 Juli 1991, Martti menjabat sebagai Sekretaris Negara pada Kementerian Luar Negeri Finlandia di Helsinki.

Kemudian, sejak September 1992 hingga April 1993, ia turut terlibat di Balkan ketik ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Kerja Bosnia-Herzegovina pada Konferensi Internasional tentang bekas Yugoslavia.

Setelah karier cemerlangnya di PBB dan Kementerian Luar Negeri Finlandia, Martti Ahtisaari terpilih sebagai presiden ke-10 Finlandia dengan masa jabatan sejak 1 Maret 1994 hingga 29 Februari 2000.

Pascapurna tugas sebagai presiden, Martti bertugas memeriksa tempat pembuangan senjata IRA bersama dengan rekan inspekturnya, yaitu Cyril Ramaphosa, pada 2000.

Kemudian, pada 2003, Martti bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan keselamatan personel PBB di Irak.

Setelah itu, ia ditunjuk sebagai Utusan pribadi untuk Asia Tengah dari Ketua Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE).

Pada saat bersamaan, Martti juga menjadi Utusan Khusus PBB untuk Tanduk Afrika yang menjabat antara tahun 2003 hingga 2005.

Dalam tugasnya ini, Martti turut dibantu oleh staf CMI.

Baca juga: Mengapa LBB Gagal Mewujudkan Perdamaian Dunia?

Mediator proses perdamaian

Pada 2005, Martti Ahtisaari bersama dengan Inisiatif Manajemen Krisis memfasilitasi proses perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Pada Januari 2005, pemerintah Indonesia dan GAM bertemu di Helsinki untuk pertama kalinya demi menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun.

Proses perundingan ini berlangsung selama tujuh bulan, yang terdiri dari lima perundingan.

Pada akhirnya, tercapai perjanjian dan Nota Kesepahaman akhir yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 di Helsinki.

Lebih lanjut, pada November 2005, Martti kembali ke Balkan ketika ia menjabat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk proses status Kosovo.

Selama 16 bulan, Martti mencari solusi melalui berbagai perundingan untuk menentukan status akhir Kosovo.

Sebab, pada 1999, pecah perang di Kosovo yang menginginkan kemerdekaan dari Serbia dan mendirikan pemerintahannya sendiri.

Menindaklanjuti permasalahan itu, Martti dan tim UNOSEK mengirimkan sebuah proposal penyelesaian, yang disebut Rencana Ahtisaari kepada Sekretaris Jenderal PBB pada akhir Maret 2007.

Rencana Ahtisaari adalah sebuah proposal penyelesaian yang mencakup berbagai isu terkait status Kosovo.

Pada akhirnya, setelah melalui berbagai pertentangan, Kosovo secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada Februari 2008.

Mendapat penghargaan Nobel Perdamaian

Pada 10 Oktober 2008, Martti Ahtisaari diumumkan mendapat penghargaan Nobel Perdamaian di Balai Kota Oslo di Norwegia.

Pemberian hadiah Nobel Perdamaian ini berdasarkan pada jasa Martti dalam mendamaikan beberapa negara, seperti status Kosovo, permasalahan di Irak, Irlandia Utara, Asia Tengah, dan Tanduk Afrika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com