Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Para Ahli Meneliti Manusia Purba di Bantaran Sungai?

Kompas.com - 27/09/2021, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian fosil manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19.

Salah satu tokoh yang memulai penelitian di Indonesia adalah Eugene Dubois, yang menemukan fosil tengkorak di Trinil pada 1891.

Hasil penelitian manusia purba itu tidak hanya menjadi bagian penting dalam sejarah paleoantropologi.

Pasalnya, peristiwa itu sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia, yang sebagian besar dilakukan di bantaran sungai.

Antara 1936-1941, seorang peneliti bernama G.H.R von Koenigswald mengadakan serangkaian penelitian di sepanjang lembah Sungai Bengawan Solo.

Di wilayah tersebut, von Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Perning, Trinil, dan Sangiran.

Lantas, mengapa para ahli banyak melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai?

Baca juga: Penelitian Manusia Purba di Indonesia: Tokoh, Lokasi, dan Penemuan

Pola hunian manusia purba

Lokasi penelitian yang dipilih para ahli ternyata berhubungan dengan pola hunian manusia purba.

Pola hunian manusia purba memperlihatkan dua karakter khas, yakni kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka.

Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi lingkungannya.

Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian di dekat sumber air adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo, yakni di Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong.

Situs-situs tersebut menunjukkan kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan di pinggir sungai.

Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat keberadaan air memberikan beragam manfaat.

Air tidak hanya menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, tetapi juga bagi tanaman dan binatang buruan.

Keberadaan air pada suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup disekitarnya.

Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan, air memberikan kesuburan bagi tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pangan manusia purba.

Dengan tinggal di sekitar sungai, manusia purba dapat memenuhi kebutuhan akan air sekaligus mendapatkan sumber pangan berupa tumbuhan dan binatang buruan.

Itulah mengapa para peneliti banyak yang melakukan penelitian manusia purba di bantaran sungai.

 

Referensi:

  • Trimaryanto, Aldriyanto. (2019). Manusia Purba di Indonesia. Yogyakarta: Sentra Edukasi Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com