Setelah itu, kekaisaran ini semakin melemah karena harus terus menangkis serangan berturut-turut oleh orang Latin, Serbia, Bulgaria, dan Turki Usmani.
Baca juga: Perlawanan Terhadap VOC di Maluku, Makassar, Mataram, dan Banten
Ketika Mehmed II mewarisi takhta ayahnya pada 1451, usianya baru 19 tahun.
Hal ini membuat pihak Eropa berasumsi bahwa penguasa muda Turki Usmani tersebut tidak akan mengancam hegemoni Kristen di Balkan dan Laut Aegea.
Bahkan bangsa Eropa sempat merayakan penobatan Mehmed II dan berharap minimnya pengalaman yang dimilikinya akan menyesatkan Ottoman.
Namun siapa sangka, pada 1452, Mehmed II mulai menjalankan rencananya dengan membangun benteng di Bosphorus, beberapa mil di utara Konstantinopel.
Pada Oktober 1452, Mehmed menempatkan pasukan di Peloponnese untuk memblokade Thomas dan Demetrios supaya tidak bisa memberi bantuan kepada saudara mereka, Konstantin XI, dalam serangan yang akan datang.
Berbekal persenjataan baru nan canggih, pada 6 April 1453, sebanyak 80.000 pasukan Muslim yang dipimpin Mehmed memulai serangan terhadap 8.000 pasukan Kristen di bawah pimpinan Konstantin XI, kaisar Bizantium ke-57.
Pemuda 21 tahun yang haus keagungan ini pun, berhasil melewati tembok pertahanan kota bersama bala tentaranya yang sangat besar.
Setelah 53 hari dikepung, Konstantinopel akhirnya jatuh pada 29 Mei 1453, menandai runtuhnya kekuasaan Bizantium dan berakhirnya Abad Pertengahan.
Setelah menaklukkan kota, Mehmed II menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota Ottoman yang baru, menggantikan Adrianople.
Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan Kronologi
Dampak jatuhnya Konstantinopel sangat besar sehingga mengubah peta kekuatan di wilayah Mediterania dan memperjelas ancaman bagi pemangku kepentingan dan bangsa-bangsa Kristen.
Orang-orang Eropa sangat terkejut dan melihat peristiwa bersejarah ini sebagai bencana bagi peradaban mereka.
Sementara di dunia Kristen, penaklukan ini memengaruhi kehidupan agama, militer, ekonomi, dan psikologis mereka.
Mereka khawatir kerajaan Kristen Eropa lainnya akan bernasib sama dengan Konstantinopel.
Selain itu, banyak ilmuwan Yunani dari Konstantinopel yang mengungsi ke Eropa dan menumbuhkan ilmu pengetahuan di sana.