KOMPAS.com - Perundingan Linggarjati merupakan salah satu perjuangan diplomasi yang ditempuh Indonesia demi menjadi negara merdeka dan berdaulat seutuhnya.
Pasalnya, meski Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda masih berusaha menanamkan kembali kekuasaannya dan enggan untuk menyatakan pengakuannya atas kemerdekaan Indonesia.
Perundingan Linggarjati dilaksanakan di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat, pada 11 - 15 November 1946.
Lantas, apa yang dihasilkan dari Perjanjian Linggarjati?
Hasil Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati diadakan untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda.
Indonesia, yang telah memproklamasikan kemerdekaan, mengalami hambatan dalam mendapatkan pengakuan kedaulatan karena Belanda masih menginginkan untuk menduduki Indonesia.
Oleh sebab itu, digelar Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda, di mana Inggris bertindak sebagai penengah.
Tujuan Perjanjian Linggarjati adalah untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Dalam perundingan dibahas konsep kesepakatan yang telah disiapkan oleh Belanda, yang terdiri dari 17 pasal dan satu pasal penutup.
Agenda perundingan membahas pasal demi pasal, yang dipimpin secara bergantian oleh Komisi Jenderal Prof. Schermerhorn, selaku wakil Belanda, dan Perdana Menteri Indonesia, Sutan Sjahrir.
Dari perundingan yang dilakukan selama empat hari, akhirnya menghasilkan suatu keputusan perjanjian.
Berikut ini isi atau hasil dari Perundingan Linggarjati.
Dampak Perjanjian Linggarjati
Isi Perjanjian Linggarjati memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi Indonesia.
Banyak kalangan menganggap perundingan dan hasil Perjanjian Linggarjati merugikan Indonesia.
Beberapa dampak negatif Perjanjian Linggarjati di antaranya:
Di samping kerugiannya, tidak dapat dimungkiri bahwa Perjanjian Linggarjati juga memberikan dampak positif, yaitu:
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/04/233000979/hasil-perundingan-linggarjati-dan-dampaknya