Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kehidupan Pribadi Wage Rudolf Supratman

Ia merupakan komponis dan musisi Indonesia yang mencipatkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Lagu ciptaanya tersebut pertama kali dinyanyikan pada 1928 dalam Kongres Pemuda di Batavia.

Karya lirik dan musiknya yang inspiratif mencerminkan semangat patriotisme pemuda pada masa itu.

Lagu tersebut mampu menggambarkan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu dalam semangat persatuan dan persaudaraan dalam perjuangan merebut kemerdekaan.

Oleh karena itu, lagu Indonesia Raya menjadi salah satu elemen penting dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Namun, di balik kontribusinya, terdapat fakta unik mengenai kehidupan pribadi W.R. Supratman.

Bukan keturunan Belanda

Nama Wage Rudolf Supratman mungkin pernah membuat banyak orang bingung.

Banyak yang menduga bahwa Supratman memiliki akar keturunan Belanda, terutama karena unsur "Rudolf" dalam namanya.

Namun, fakta menariknya adalah identitas Supratman sebenarnya jauh dari apa yang kita bayangkan.

Rudolf dalam W.R. Soepratman adalah nama yang diberikan oleh kakak iparnya, WM van Eldik.

Alasan diberikannya nama tersebut adalah agar Supratman bisa bersekolah di Europese Lagere School (ELS), yang awalnya adalah sekolah untuk anak-anak Belanda.

Namun, suatu ketika, identitas asli Supratman terungkap bahwa ia bukan warga negara Belanda sehingga dipindahkan ke sekolah Melayu.

Tidak pernah menikah

W.R. Supratman tidak pernah mengikatkan diri pada pernikahan selama masa hidupnya.

Selama hidupnya, Supratman lebih dikenal karena kontribusinya dalam gerakan nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui karyanya dalam dunia musik dan patriotisme.

Bahkan, ia memiliki lagu-lagu legendaris lainnya selain Indonesia Raya, yakni Ibu Kita Kartini.

Pernah ditangkap Belanda

Setelah terlibat dalam Kongres Pemuda II, hidup W.R. Supratman berubah signifikan. Pergerakannya menjadi target pengawasan ketat oleh polisi Belanda, terutama karena kata-kata "Merdeka, Merdeka" dalam lirik lagu ciptaannya yang dianggap tabu saat itu.

Lagunya menjadi sangat populer dan sering dinyanyikan pada acara-acara penting. Pada 1930, Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia untuk menyanyikan lagu tersebut di depan umum.

Puncaknya, pada 7 Agustus 1938, ia ditangkap dengan tuduhan bersimpati kepada Kekaisaran Jepang karena menciptakan lagu berjudul Matahari Terbit bersama para pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya.

Meninggal sebelum kemerdekaan Indonesia

W.R. Supratman telah meninggal dunia sebelum menyaksikan langsung kemerdekaan Indonesia, seperti yang ia cita-citakan.

Kemerdekaan Indonesia baru dinyatakan pada 1945, beberapa tahun setelah Supratman meninggal pada t17 Agustus 1938.

Oleh karena itu, ia tidak pernah tahu bahwa lagu ciptaannya akan menjadi lagu kebangsaan Indonesia dan dimainkan saat proklamasi kemerdekaan.

Walaupun begitu, penciptaannya yang inspiratif dan patriotik dalam bentuk lagu tersebut kemudian menjadi lambang semangat perjuangan dan persatuan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan, hingga akhirnya Indonesia Raya diakui sebagai lagu kebangsaan resmi. 

Makamnya pernah dipindahkan

Setelah meninggal dunia, W.R. Soepratman awalnya dimakamkan di Permakaman Umum Rangkah, Jalan Tambak Segaran Wetan, Surabaya.

Namun, sekitar tahun 1960, atas permintaan dari keluarga dan pemerintah, jenazah W.R. Soepratman dipindahkan ke sebuah lokasi yang berada di depan permakaman Rangkah.

Saat itu, tanah tersebut masih merupakan lahan kosong yang kemudian dijadikan sebagai makam pribadi W.R. Soepratman.

Saat ini, lokasi permakaman W.R. Soepratman terletak di Jalan Kenjeran, Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Surabaya.

Keberadaannya berada di sepanjang jalan besar menuju Jembatan Suramadu sehingga memudahkan akses untuk pengunjung yang ingin berziarah ke makam W.R. Soepratman.

Referensi:

  • Sularto, B. (2012). Wage Rudolf Supratman. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/31/160000979/kehidupan-pribadi-wage-rudolf-supratman

Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke