Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Penyebab Kematian Charles Darwin?

Salah satu teori Charles Darwin adalah teori seleksi alam. 

Darwin lahir dari keluarga dokter di Inggris pada 1809.

Sejak usia 20-an, Darwin mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti muntah terus-menerus, sakit perut, dan masalah pencernaan.

Ketika sudah tua, dia juga mengalami masalah kulit, bisul, kelemahan, pusing, kejang, dan nyeri sendi yang kompleks.

Pada usia 73 tahun, meskipun masalah perutnya agak berkurang, daya ingat Darwin semakin menurun.

Kematian Darwin

Darwin, si bapak evolusi, meninggal dunia pada 19 April 1882, karena gagal jantung setelah tiga bulan sebelumnya mengalami penurunan kesehatan.

Kabarnya, penurunan itu dimulai dengan rasa pusing saat dia sedang mendaki batu.

Istrinya menceritakan bahwa sebelum meninggal, Darwin sempat mengatakan "Saya sama sekali tidak takut mati. Ingatlah betapa baiknya kamu selama ini kepada saya. Katakan kepada semua anak saya untuk ingat betapa baiknya mereka selama ini kepada saya".

Ketika Darwin masih hidup, para dokter terkemuka di Inggris gagal memahami gejala-gejala aneh yang dialami oleh ahli alam yang sedang sakit itu.

Diagnosa mereka bervariasi, mulai dari penyakit asam urat, gagal jantung, radang usus buntu, hepatitis, kelelahan mental, hingga skizofrenia.

Sementara itu, berbagai obat yang diresepkan oleh mereka tidak dapat mengobati penyakit Darwin.

Apa penyebab kematian Darwin?

Kesehatan dan kematian Darwin menjadi misteri medis terbaru yang dihadapi oleh Konferensi Klinikopatologis Historis (CPC), sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Sekolah Kedokteran Universitas Maryland.

Sejak 1995, para ahli telah berkumpul untuk mengungkap kondisi-kondisi rumit dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup dan meninggal berabad-abad atau yang lalu, menggunakan pengetahuan canggih mereka untuk mendiagnosis secara retroaktif pasien-pasien yang sudah lama meninggal.

Subjek-subjek sebelumnya termasuk Alexander Agung, Christopher Columbus, Edgar Allan Poe, Beethoven, Simon Bolivar, Klaudius, dan Firaun Mesir Akhenaten.

Pada tahun ini, kasus Charles Darwin diambil alih oleh Sidney Cohen, seorang profesor kedokteran dan direktur penelitian di Fakultas Kedokteran Jefferson University Thomas Jefferson di Philadelphia.

Ini adalah tantangan baru bagi gastroenterolog terkenal tersebut, yang biasanya mengandalkan sinar-X, studi darah, dan bukti fisik lainnya.

Dalam analisisnya, Cohen setuju dengan teori yang sudah ada bahwa ilmuwan tersebut kemungkinan besar terinfeksi penyakit parasit yang disebut penyakit Chagas.

Cohen berpendapat bahwa penyebaran penyakit ini mungkin terjadi saat Darwin sedang melakukan perjalanan keliling dunia dan membuat pengamatan yang membentuk model seleksi alamnya di kapal HMS Beaglenya.

Jika tidak diobati, penyakit ini akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jantung.

"Chagas dapat menyebabkan penyakit jantung, kegagalan jantung, atau degenerasi jantung di kemudian hari dan akhirnya menyebabkan kematiannya," jelas Cohen.

Cohen juga berspekulasi bahwa kondisi kronis yang dikenal sebagai sindrom muntah siklik (CVS) menyebabkan penderitaan perut seumur hidup Darwin.

Dia kemudian menambahkan diagnosis baru, yaitu campuran Helicobacter pylori, bakteri yang terkait dengan tukak lambung dan kanker lambung ternyata banyak juga ditemukan di wilayah yang sama dengan penyakit Chagas.

Oleh karena itu, ia yakin bahwa dua penyakit Darwin, virus Chagas dan CVS, tertular dari satu tempat yang sama.

Menurut Cohen, penyakit Darwin sangat kompleks dan penyakit satu dengan penyakit lainnya tidak saling berhubungan.

Ia mendiagnosis bahwa Darwin menderita beberapa penyakit berbeda sepanjang hidupnya. 

Seperti kebanyakan tokoh sejarah yang dievaluasi oleh konferensi ini, Darwin meninggal sebelum penyakit-penyakitnya dapat diteliti lebih lanjut.

"Hal ini sangat menyentuh bahwa ilmuwan dan dokter pada masanya tidak dapat memberikan bantuan kepada Darwin" kata Philip A. Mackowiak, wakil ketua departemen kedokteran Sekolah Kedokteran Universitas Maryland dan pendiri konferensi ini.

Lebih lanjut, Philip berkata, "Inilah tepatnya jenis misteri bersejarah yang CPC berusaha ungkap. Kami berharap pemeriksaan kasus ini menambah pemahaman dan penghargaan terhadap Darwin yang tetap berkontribusi untuk bidang ilmu biologi dan evolusi meskipun sedang memiliki penyakit yang kompleks".

Referensi:

  • Finnegan, D. (2010). Darwin, dead and buried?. Environment and Planning A, 42(2), 259-261.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/23/130000679/apa-penyebab-kematian-charles-darwin-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke