Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Pembentukan dan Pembubaran Partai Nazi

Didirikan pada 1919 sebagai Partai Pekerja Jerman, kelompok ini mempromosikan kebanggaan Jerman dan anti-semitisme.

Nazi juga mengekspresikan ketidakpuasan terhadap ketentuan Perjanjian Versailles, yakni kesepakatan perdamaian tahun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I.

Hitler bergabung dengan partai tersebut pada tahun pendiriannya dan menjadi pemimpinnya pada 1921.

Pada 1933, ia menjadi kanselir Jerman dan pemerintah Nazi segera mengambil kekuasaan diktatorial.

Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II, Partai Nazi dilarang dan banyak pejabatnya dihukum karena kejahatan perang terkait dengan Holocaust. 

Asal-usul Partai Nazi

Pada 1919, Adolf Hitler yang saat itu frustrasi oleh kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I, bergabung dengan sebuah organisasi politik yang baru saja dibentuk, yaitu Partai Buruh Jerman.

Partai ini didirikan oleh sekelompok kecil orang, termasuk tukang kunci Anton Drexler dan jurnalis Karl Harrer.

Pada awalnya, partai ini mempromosikan nasionalisme Jerman dan anti-semitisme, serta merasa bahwa Perjanjian Versailles sangat tidak adil bagi Jerman dengan memberikannya reparasi yang tidak akan pernah bisa dibayar.

Hitler pun muncul sebagai pembicara publik yang karismatik dan mulai menarik anggota baru dengan pidato-pidato yang menyalahkan Yahudi dan kaum Marxis atas masalah Jerman, serta menganut nasionalisme ekstrem dengan menganut konsep "ras superior" Aryan.

Pada Juli 1921, ia mengambil kepemimpinan organisasi tersebut, yang pada saat itu telah berganti nama menjadi Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman (Partai Nazi).

Selama tahun 1920-an, Hitler memberikan pidato-pidato yang menyatakan bahwa pengangguran, inflasi meluas, kelaparan, dan stagnasi ekonomi di Jerman pascaperang akan terus berlanjut sampai terjadi revolusi total dalam kehidupan Jerman.

Menurut dia, sebagian besar masalah dapat diatasi jika komunis dan Yahudi diusir dari Jerman.

Pidato berapi-api Hitler meningkatkan jumlah anggota Partai Nazi, terutama di antara kaum muda Jerman yang ekonominya kurang baik.

Banyak mantan perwira militer yang tidak puas di Munich juga bergabung dengan Nazi, termasuk Ernst Röhm.

Dia bertanggung jawab atas perekrutan pasukan "lengan kuat" Sturmabteilung (SA) yang digunakan oleh Hitler untuk melindungi pertemuan partai dan menyerang lawan-lawannya.

Kudeta awal

Pada 1923, Hitler dan para pengikutnya menggelar Beer Hall Putsch di Munich, yaitu percobaan pengambilalihan pemerintahan di Bavaria, sebuah negara bagian di Jerman selatan.

Hitler berharap bahwa putsch atau kudeta ini akan memicu revolusi yang lebih besar melawan pemerintah nasional.

Setelah Beer Hall Putsch, Hitler dihukum karena pengkhianatan dan divonis penjara selama lima tahun, tetapi ia hanya menghabiskan kurang dari setahun di balik jeruji.

Setelah bebas dari penjara, ia berusaha membangun kembali Partai Nazi dan mencoba mendapatkan kekuasaan melalui proses pemilihan.

Kekuasaan Nazi

Pada 1929, Jerman memasuki periode depresi ekonomi yang parah dan pengangguran semakin meluas.

Partai Nazi memanfaatkan situasi ini dengan mengkritik pemerintahan yang berkuasa dan mulai memenangi pemilihan.

Dalam pemilihan Juli 1932, mereka merebut 230 dari 608 kursi di Reichstag atau parlemen Jerman.

Pada Januari 1933, Hitler diangkat sebagai kanselir Jerman dan pemerintah Nazi segera mengendalikan setiap aspek kehidupan Jerman.

Di bawah pemerintahan Nazi, semua partai politik lain dilarang. Selain itu, Hitler mengarahkan kebijakan luar negeri Nazi Jerman untuk membatalkan Perjanjian Versailles dan mengembalikan posisi Jerman seperti semula.

Pada 1933, Nazi membuka kamp konsentrasi pertama mereka di Dachau untuk menampung tahanan politik.

Dachau berkembang menjadi kamp kematian, di mana ribuan orang Yahudi meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kelelahan kerja, atau dieksekusi.

Selain orang Yahudi, tahanan kamp juga termasuk anggota kelompok lain yang dianggap Hitler tidak pantas bagi Jerman baru, seperti orang Rom, komunis, tawanan perang Soviet, warga Polandia dan Soviet, homoseksual, penyandang disabilitas, Saksi Yehuwa, serta musuh politik dan keagamaan lainnya.

Dominasi Nazi di Eropa

Dari pertengahan hingga akhir 1930-an, Hitler merusak tatanan internasional pascaperang.

Ia menarik Jerman dari Liga Bangsa-Bangsa pada 1933, membangun kembali kekuatan bersenjata Jerman melampaui yang diizinkan oleh Perjanjian Versailles, merebut kembali Rheinland Jerman pada 1936, mencaplok Austria pada 1938, dan menyerbu Czechoslovakia pada 1939.

Ketika Jerman Nazi menuju Polandia, Britania Raya dan Perancis menanggapi agresi lebih lanjut dengan menjamin keamanan Polandia.

Meskipun demikian, Jerman tetap menyerbu Polandia pada 1 September 1939, sehingga Britania Raya dan Perancis menyatakan perang.

Setelah menaklukkan Polandia, Hitler berfokus mengalahkan Britania Raya dan Perancis.

Seiring berlangsungnya perang, Partai Nazi Jerman membentuk aliansi dengan Jepang dan Italia melalui Pakta Tripartit pada 1940.

Mereka juga tetap mematuhi Pakta Nonagresi Nazi-Soviet tahun 1939 dengan Uni Soviet.

Namun, pada 1941, Jerman melancarkan invasi besar-besaran dengan taktik blitzkrieg ke Uni Soviet.

Dalam pertempuran yang berlangsung kejam, pasukan Nazi berusaha untuk mencapai tujuan lama mereka, yaitu menghancurkan kekuatan komunis terbesar di dunia yang pada saat itu diwakili oleh Uni Soviet.

Setelah Amerika Serikat masuk ke dalam perang pada 1941, Jerman terlibat dalam pertempuran di Afrika Utara, Italia, Perancis, Balkan, dan melawan Uni Soviet yang melakukan serangan balik.

Tragedi Holocaust

Ketika Hitler dan Nazi berkuasa pada 1933, mereka menerapkan serangkaian tindakan yang bertujuan untuk menganiaya warga Yahudi di Jerman.

Pada akhir 1938, Yahudi dilarang masuk ke sebagian besar tempat umum di Jerman.

Selama perang, kampanye anti-Yahudi oleh Nazi meningkat dalam skala dan kekejaman.

Dalam invasi dan pendudukan Polandia, pasukan Jerman menembak ribuan orang Yahudi Polandia.

Nazi juga mengurung banyak orang Yahudi di dalam ghetto tempat mereka mati kelaparan.

Bukan hanya itu, Nazi juga mengirim orang-orang Yahudi ke kamp kematian di berbagai bagian Polandia, di mana mereka dibunuh seketika atau harus bekerja paksa.

Pada 1941, ketika Jerman menyerbu Uni Soviet, pasukan kematian Nazi menembaki puluhan ribu orang Yahudi di wilayah barat Rusia.

Pada awal 1942, di Konferensi Wannsee dekat Berlin, Partai Nazi memutuskan pada tahap terakhir "Solusi Akhir" terhadap "masalah Yahudi" dan merinci rencana untuk pembunuhan sistematis semua orang Yahudi Eropa dalam Holocaust.

Pada 1942 dan 1943, Yahudi di negara-negara yang diduduki di bagian barat, termasuk Perancis dan Belgia, dideportasi ke kamp-kamp kematian di seluruh Eropa.

Di Polandia, kamp kematian besar seperti Auschwitz, mulai beroperasi dengan efisiensi kejam.

Pembunuhan Yahudi, komunis, homoseksual, tahanan politik, dan orang-orang lain di wilayah-wilayah yang diduduki Jerman hanya berhenti dalam bulan-bulan terakhir perang, ketika pasukan Jerman mundur menuju Berlin.

Hingga pada saat Hitler bunuh diri pada April 1945, sekitar 6 juta orang Yahudi telah tewas.

Pembubaran Partai Nazi

Setelah perang berakhir pada 1945, Sekutu menduduki Jerman, melarang Partai Nazi, dan berusaha membersihkan pengaruhnya dari setiap aspek kehidupan Jerman.

Bendera swastika partai tersebut dengan cepat menjadi simbol kejahatan dalam budaya pascaperang modern.

Meskipun Hitler bunuh diri sebelum bisa diadili, sejumlah pejabat Nazi telah dihukum atas kejahatan perang dalam sidang-sidang yang berlangsung di Nuremberg, Jerman, sejak 1945 hingga 1949.

Referensi:

  • Wistrich, R. S. (2013). Who's who in Nazi Germany. Routledge.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/13/170000379/sejarah-pembentukan-dan-pembubaran-partai-nazi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke