Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Amir Sutaarga, Bapak Permuseuman Indonesia

Meski namanya kurang populer bagi sebagian masyarakat, ialah tokoh yang disebut sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.

Berikut ini profil singkat Moh Amir Sutaarga dan perannya bagi permuseuman Indonesia.

Siapa Amir Sutaarga?

Melansir laman Kemdikbud, Mohammad Amir Sutaarga lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 5 Maret 1928.

Tidak banyak diketahui mengenai masa kecil dan kehidupan pribadinya.

Yang jelas, pada masa perang kemerdekaan, ia ikut berjuang untuk mempertahankan Indonesia dari rongrongan Belanda.

Amir pernah bergerilya sekaligus merasakan menjadi tahanan Belanda.

Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada 1949, Amir mulai bekerja di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBG), lembaga kebudayaan yang didirikan pada masa penjajahan Belanda.

Sebenarnya, Amir pernah memiliki cita-cita menjadi pelaut dan belajar dunia perkapalan di Belanda.

Namun, ketertarikannya berubah setelah bertemu dengan Van der Hoop, seorang ilmuwan yang bekerja di KBG.

Sejak itu, Amir jatuh cinta pada museum dan mengabdikan hidupnya untuk memajukan dunia permuseuman di Indonesia.

Peran Amir Sutaarga bagi permuseuman Indonesia

Selama di KBG, Amir Sutaarga aktif menuangkan gagasan-gagasannya terkait dunia permuseuman ke dalam tulisan.

Sebagai salah satu pemerhati kebudayaan yang sangat kritis, ia mendapat peluang beasiswa permuseuman di Eropa.

Berkat dedikasinya, karier Moh Amir Sutaarga di KBG pun terus menanjak.

Amir awalnya dipercaya menjabat sekretaris KBG, kemudian menjadi Kepala KBG menggantikan Hoesein Dajajadiningrat yang mengundurkan diri.

Amir langsung memikul tugas berat untuk mempertahankan dan mengurus museum KBG secara mandiri tanpa dukungan ahli dari Belanda, dan di tengah situasi Indonesia yang belum stabil.

Tugas itu tidak menjadi beban baginya. Terbukti, Amir mampu merintis pengembangan museologi di Indonesia dan aktif memperjuangkan keluhuran serta kekayaan budaya Indonesia ke dunia.

Museum KBG kemudian berubah menjadi Museum Pusat (kini Museum Nasional).

Pada 1962, Amir Sutaarga resmi diangkat menjadi Kepala Museum Pusat yang pertama.

Selanjutnya, Amir menjadi Direktur Permuseuman, bahkan sempat dicalonkan menjadi Direktur Jenderal Kebudayaan, tetapi ia menolak.

Sanjungan kepada Amir Sutaarga pernah diungkapkan Putu Supadma Rudana, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat.

"Bapak Amir Sutaarga telah memberikan landasan yang penting bagi dunia permuseuman Indonesia. Selain membuka wawasan dan kesadaran kita akan peranan strategis museum melalui berbagai tulisan, Beliau juga menggagas sekaligus mewujudkan mata kuliah Museologi di Universitas Indonesia pada tahun 1984. Ini merupakan visi yang cemerlang, di mana tentu Beliau menyadari bahwa upaya pengembangan permuseuman harus diselaraskan dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Kesadaran seperti inilah yang perlu untuk kita rawat bersama, dengan mengedepankan sinergisitas berbagai pihak dalam usaha memajukan permuseuman sebagai rumah budaya bangsa yang membanggakan," ujar Putu seperti dikutip Kompas.com dari laman Asosiasi Museum Indonesia, Kamis (12/10/2023).

Memperoleh anugerah Life Time Achievement

Sepak terjang Amir Sutaarga dalam memajukan dunia permuseuman Indonesia menarik perhatian Komunitas Jelajah. Untuk menghargai jasanya, dalam gelaran Museum Awards pada 2012, Amir Sutaarga diberi anugerah Life Time Achievement di bidang permuseuman.

Sekitar setahun setelah menerima penghargaan, Amir Sutaarga meninggal pada 1 Juni 2013, dalam usia 85 tahun.

Berkat sumbangsihnya yang luar biasa bagi kebudayaan dan permuseuman Indonesia, Amir Sutaarga pun dijuluki sebagai Bapak Permuseuman Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/12/180000179/amir-sutaarga-bapak-permuseuman-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke