Dalam perang ini, pasukan umat Muslim jauh lebih sedikit dan akhirnya kalah dari kaum Quraisy.
Jumlah pasukan kaum Muslimin pada Perang Uhud hanya 700 orang, sedangkan pasukan lawan mencapai 3.000 orang.
Dalam sejarah Islam, Perang Uhud tercatat sebagai peperangan pertama yang diikuti oleh para wanita.
Bahkan ada istri dan putri Rasulullah yang ikut membantu dalam Perang Uhud.
Siapa saja wanita yang ikut Perang Uhud?
Pahlawan wanita Perang Uhud
Di antara wanita yang ikut dalam Perang Uhud adalah Aisyah binti Abu Bakar, Nusaibah binti Ka'ab (Ummu Imarah), Mahnah binti Jahsy Al-Asadiyyah, Ummu Salith, Ummu Sulaim, Fatimah Az-Zahra, dan masih banyak lainnya.
Kepahlawanan para wanita yang terlibat Perang Uhud ditunjukkan melalui berbagai peran penting, di antaranya:
Memberi air minum pasukan
Salah satu peran penting yang dimainkan para wanita dalam Perang Uhud adalah memberi minum pasukan.
Diriwayatkan bahwa Ummu Sulaim bersama istri Rasulullah, Aisyah binti Abu Bakar, membawa dan mengisi geriba-geriba air untuk minum para pasukan.
Bahkan ada yang meriwayatkan mereka juga membantu menuangkan air ke mulut pasukan Muslim yang membutuhkan.
Ka'ab bin Malik berkata, "Hamnah binti Jahsyi memberi air minum kepada pasukan yang kehausan dan mengobati yang terluka, sedangkan Ummu Aiman memberi air minum kepada pasukan yang terluka."
Merawat dan mengobati korban yang terluka
Abdurrazzaq meriwayatkan dari Az-Zuhri, "Para muslimah ikut serta bersama Rasulullah dalam beberapa peperangan, mereka memberi air minum kepada pasukan perang dan mengobati yang terluka."
Selain itu, ada pula yang membantu korban keluar dari medan perang dan mengantarnya ke Madinah.
Aisyah binti Abu Bakar bukan satu-satunya wanita terdekat Nabi Muhammad yang berpartisipasi dalam Perang Uhud.
Diketahui bahwa putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra, juga ambil peran dalam perang sebagai relawan medis.
Diriwayatkan bahwa ketika Fatimah melihat air hanya membuat darah semakin banyak, ia mengambil potongan tikar, membakarnya, dan menempelkannya ke luka Rasulullah.
Cara itu cukup membantu untuk menghentikan darah yang keluar dari luka.
Wanita perisai Rasulullah
Nusaibah binti Ka'ab atau Ummu Imarah bukan hanya terjun ke medan perang, tetapi dikenal sebagai wanita yang melindungi Rasulullah saat Perang Uhud.
Rasulullah melihat Nusaibah berjuang dalam Perang Uhud dengan sangat tangguh hingga mendapatkan 13 luka.
Al-Ustadz Husain Al-Bakiri mengomentari peran serta Nusaibah binti Ka'ab dalam perang, dengan berkata, "Kepergian wanita untuk berperang tidak ada riwayat yang sahih tentang itu kecuali riwayat Nusaibah."
Kepergian Nusaibah ke medan perang bersifat darurat, karena Rasulullah dalam bahaya setelah pasukan yang ada di sekelilingnya banyak yang terbunuh.
Karena itu, Nusaibah yang sedang membawa senjata maju untuk berperang.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/06/03/180000279/pahlawan-pahlawan-wanita-dalam-perang-uhud