Pasca-peristiwa tersebut terjadi, Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta para pendukungnya diberantas oleh pasukan-pasukan militer berdasarkan perintah Soeharto.
Kejadian pemberantasan ini acap kali disebut sebagai pembantaian PKI yang banyak terjadi di berbagai daerah, termasuk Bali.
Berikut ini kisah pembantaian PKI di Bali.
Kronologi
Sepanjang 1966, upaya pemberantasan PKI dan para pendukungnya terus dilakukan di berbagai daerah, termasuk di Bali.
Ribuan orang yang dituding sebagai anggota dan simpatisan PKI harus kehilangan nyawanya. Mereka disiksa serta dibunuh secara sadis dan tragis.
Operasi penumpasan orang-orang komunis di Bali mulai dilaksanakan pada 7 Desember 1965.
Ketika itu, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin oleh Mayor Djasmin mendarat di Bali.
Akan tetapi, disebutkan bahwa sebelum pasukan RPKAD datang ke Bali, sekitar bulan Oktober hingga November, situasi di Pulau Dewata tersebut memang sudah tegang.
Sebab, gerombolan antikomunis menyerang dan membakar habis rumah-rumah orang anggota PKI.
Kemudian, beberapa anggota PKI juga ditangkap, sedangkan sebagian lainnya menyerahkan diri kepada polisi untuk mendapat perlindungan.
Sesampainya RPKAD di Bali, target pertama jatuh pada salah satu donatur Central Daerah Besar PKI Bali yang bernama I Gede Poeger.
Proses eksekusi terhadap I Gede Poeger dan beberapa pemimpin PKI Bali lainnya dilakukan pada 16 Desember 1965.
Menurut kisah, ratusan warga Denpasar melihat sendiri bagaimana Poeger diseret oleh para prajurit RPKAD dengan keadaan dua tangan terikat.
Setelah itu, Poeger yang diketahu memiliki badan berisi ditusuk menggunakan sebuah pisau, lalu kepalanya ditembak.
I Gede Poeger pun tewas seketika.
Kala itu, pasukan RPKAD diperkirakan telah membunuh sekitar 30 orang PKI.
Protes dari Soe Hok Gie
Sepanjang tahun 1965 hingga 1966, pembunuhan tragis terus terjadi di Bali.
Hal ini kemudian memunculkan protes keras dari berbagai kalangan, termasuk aktivis mahasiswa.
Salah satu aktivis mahasiswa yang menyuarakan protesnya adalah Soe Hok Gie.
Menurut riwayat, Soe Hok Gie menyampaikan bagaimana peristiwa pembantaian di Bali ini merupakan sebuah malapetaka yang sangat mengerikan.
Meskipun Gie menyerukan protes, bukan berarti dia membela PKI atau membenarkan bagaimana cara mereka menghabisi musuh di tempo hari.
Meskipun PKI dipandang kejam, bukan berarti pasukan RPKAD dan para antikomunis dapat melawan mereka dengan cara yang keji juga.
Bahkan, disebutkan bahwa Gie juga sempat mengancam Partai Nasional Indonesia (PNI) Bali bernama Wedagama yang menyerukan orang-orang Bali untuk membunuh antek PKI karena menurutnya hal itu dibenarkan Tuhan dan tidak melanggar hukum.
Bagi Gie, pernyataan-pernyataan seperti itu hanya akan memunculkan aksi pembunuhan, penyiksaan, dan berbagai hal keji lainnya.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan sekitar 80.000 orang harus kehilangan nyawanya.
Untuk menghentikan kejadian mengenaskan ini, Gie pun mengusulkan pada Brigjen Sukertijo agar segera mengendalikan anak buahnya dan segera memberi aturan yang tegas.
Bagi yang bersalah diberi hukuman, sedangkan mereka yang tidak bersalah harus segera dibebaskan.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/29/130437279/pembantaian-pki-di-bali