Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Cultuur Procenten?

Kebijakan yang dicetuskan oleh Johannes van den Bosch ini mewajibkan penduduk untuk menyediakan sebagian tanahnya ditanami dengan tanaman yang laku di pasaran Eropa.

Tujuan Sistem Tanam Paksa adalah untuk mengisi kas Belanda yang kosong dan menyelamatkannya dari kebangkrutan ekonomi.

Dalam pelaksanaan cultuurstelsel, pemerintah kolonial juga menerapkan cultuur procenten (persenan tanaman).

Lantas, apa yang dimaksud dengan sistem cultuur procenten?

Apa itu cultuur procenten?

Cultuur procenten adalah hadiah yang diberikan kepada para pegawai tanam paksa yang dapat menyerahkan hasil panen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

Besar dan kecilnya bonus atau hadiah tergantung dari banyaknya produksi tanaman yang disetorkan ke pemerintah.

Penerapan cultuur procenten dilakukan agar Sistem Tanam Paksa memberikan hasil panen maksimal bagi pemerintah kolonial.

Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa dilakukan langsung oleh para pegawai yang terdiri dari penguasa pribumi seperti bupati dan kepala desa, dan pegawai Belanda sebagai pengawasnya.

Cultuur procenten bisa didapatkan oleh para pegawai tanam paksa tersebut di samping penghasilan tetap mereka.

Kebijakan cultuurstelsel yang dijalankan bersama cultuur procenten terbukti mampu mendatangkan hasil panen yang melimpah bagi pemerintah kolonial Belanda.

Antara 1831-1867, pemerintah Belanda mendapatkan 967 juta gulden dari penerapan dua sistem ini.

Cultuur procenten membuat penduduk menderita

Cultuur procenten membuat penduduk sebagai wajib tanam paksa semakin menderita.

Pasalnya, para pegawai tanam paksa yang tergiur menyetorkan hasil yang lebih banyak ke pemerintah guna mendapatkan hadiah atau bonus, kerap memaksa petani untuk menanam melebihi target.

Selain itu, para petani juga dibebani pekerjaan yang lebih lama daripada waktu yang telah ditentukan.

Apabila ada petani yang dianggap tidak mematuhi pegawai tanam paksa, maka akan dijatuhi hukuman.

Untuk memperbanyak setoran para pegawai tanam paksa juga melakukan perampasan hasil panen, yang tentunya semakin merugikan penduduk.

Dengan kata lain, penerapan cultuur procenten nyatanya tidak membuat para pegawai tanam paksa bekerja lebih baik untuk memajukan produksi perkebunan.

Mereka memilih jalan pintas dengan menekan dan memeras rakyat.

Secara jelas, cultuur procenten mengakibatkan penyimpangan sistem tanam paksa.

Karena pemberlakuan cultuur procenten pada masa tanam paksa menyebabkan penderitaan bagi penduduk, sistem ini akhirnya hilang bersamaan dengan dihapusnya Sistem Tanam Paksa pada 1870.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/23/080000479/apa-itu-cultuur-procenten-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke