Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Sarwo Edhi Wibowo dalam Penumpasan G30S

Saat itu, Sarwo Edhie adalah seorang panglima RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) atau sekarang disebut sebagai Kopassus.

Ia bertugas menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap bertanggung jawab terhadap G30S. 

Ia menangkapi tokoh PKI dan mereka yang dicurigai terafliasi dengan PKI tanpa keterampilan. Sarwo Edhie juga melatih masyarakat sipil yang anti-PKI sebagai ujung tombak operasi penumpasan.

Menurut laporan Sarwo Edhi sendiri, operasi penumpasan PKI yang dilakukannya memakan hingga 3 juta korban jiwa. Korban tersebut disebutkan berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Orang kepercayaan Soeharto

Saat itu, Sarwo Edhi Wibowo menjadi orang kepercayaan Soeharto untuk menumpas G30S karena beberapa alasan.

Salah satunya, karena Jenderal Ahmad Yani yang terbunuh dalam G30S, berasal dari daerah yang sama dengan Sarwo Edhie, yakni Purworejo, Jawa Tengah.

Ahmad Yani juga merupakan teman dekatnya. Selain itu, Sarwo Edhi adalah salah satu orang yang sangat dilindungi dan disenangi oleh Yani.

Ketika Yani menjadi salah satu korban peristiwa itu, Sarwo Edho menjadi orang terdepan yang marah atas meninggalnya Yani.

Ini menjadi alasan Sarwo Edhie menerima tugas memimpin penumpasan G30S. Sarwo Edhi bertanggung jawab atas penumpasan PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Sarwo Edhie diajak pelaku

Sebelum peristiwa besar itu terjadi, Sarwo Edhi sempat didatangi oleh Brigjen Sabur yang saat itu menjadi Komandan Resimen Cakrabirawa.

Cakrabirawa adalah pasukan pengamanan Presiden Soekarno yang bertanggung jawab atas G30S.

Sarwo Edhie diajak untuk bergabung dalam operasi G30S. Akan tetapi ia menolaknya.

Merebut RRI

Sesaat setelah peristiwa terbunuhnya enam jenderal, Sarwo Edhi diperintahkan oleh Soeharto untuk merebut beberapa tempat strategis yang dikuasai pelaku G30S saat itu.

Salah satunya ia diperintahkan untuk merebut Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat dari tangan pelaku G30S. Tugas ini berhasil ia laksanakan.

Ia juga diperintahkan untuk merebut pangkalan udara yang saat itu juga dikuasai pelaku. Pada 2 Oktober pagi, ia berhasil menguasainya.

Operasi Penumpasan

Setelah tugasnya menangkap para pelaku G30S, Sarwo Edhie menjadi duet maut bersama Soeharto.

Di Jakarta Sarwo Edhi Wibowo diberikan tugas untuk menguasai Gedung RRI dan Pangkalan Halim Perdanakusuma.

Pengamanan wilayah Jakarta menjadi misi utama dalam tugas awal Sarwo Edhie sebelum bergerak menguasai Gedung RRI dan Kantor Telkomunikasi dan Pangkalangejar Udara Halim.

Pada pukul 17:00 sore 1 Oktober 1965 Pasukan RPKAD Pimpinan Sarwo Edhie diperintahkan untuk memulai merencanakan misi menguasai Gedung RRI dan Kantor Telekomunikasi.

Hasilnya, sekitar pukul 19:20, pasukan RPKAD sudah berhasil menguasai Gedung RRI secara penuh. Sementara itu, tak berselang lama Kantor Telekomunikasi juga berhasil dikuasai RPKAD.

Selanjutnya, pukul 01:00 tanggal 2 Oktober dini hari, Mayjen Soeharto memerintahkan Sarwo Edhie untuk memulai misi menguasai Pangkalan Udara Halim.

Meski awalnya terjadi pertempuran kecil, namun pada pukul 06:10 Pangkalan Udara Halim berhasil dikuasai oleh Pasukan RPKAD.

Penumpasan di Jawa Tengah

Pada 18 Oktober 1965, Sarwo Edhie bersama RPKAD berangkat ke Semarang atas perintah Soeharto yang sebelumnya telah mendengar kabar tentang kondisi di Semarang.

Begitu sampai di Semarang Sarwo Edhie langsung merencanakan pengejaran terhadap terduga kelompok Gerakan 30 September. Hasilnya pada hari itu juga berhasil menangkap 1.050 setelah patroli.

Selanjutnya, pada 22 Oktober 1965 Sarwo Edhie bersama RPKAD sampai di Surakarta.

Operasi RPKAD di Surakarta berhasil membuat kelompok Gerakan 30 September terpecah dan berhasil mengamankan 40 pemuda dengan senjata tajam yang diduga kelompok Gerakan 30 September.

Selain itu, Sarwo Edhie dan RPKAD menemui massa yang anti terhadap Gerakan 30 September sekaligus memberikan pelatihan militer. Ini bertujuan untuk membantu militer menumpas Gerakan 30 September.

Salah satu yang dilatihnya adalah pemuda Nahdlatul Ulama (NU). 

Setelah itu, tanggal 24 Oktober Sarwo Edhie dan RPKAD bertolak ke Boyolali guna mengamankan dari massa Gerakan 30 September.

Akibatnya terjadi bentrok pada tanggal 24 Oktober, hasilnya RPKAD berhasil menangkap 65 orang yang terlibat bentrokan. 

Pada umunya mereka adalah orang yang tidak tahu pokok permasalahan.

Referensi:

  • Rum Aly. 2006, Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966, Jakarta: Kata Hasta Pustaka

https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/08/140000379/peran-sarwo-edhi-wibowo-dalam-penumpasan-g30s

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke