Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Perang Padri Berubah Menjadi Perang Kolonial?

Perlawanan yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol ini disebut Perang Padri karena dimulai dari perselisihan antara golongan ulama atau kaum Padri dengan kaum adat.

Semula, peperangan ini hanya melibatkan penduduk Minang dan Mandailing. Namun pada akhirnya, Belanda mulai ikut campur hingga berubah menjadi perang kolonial.

Lantas, mengapa Perang Padri kemudian meluas menjadi perang kolonial?

Kronologi Perang Padri

Penyebab timbulnya Perang Padri adalah adanya perselisihan antara kaum Padri dan kaum adat. Kaum Padri, yang bertujuan untuk memurnikan pelaksanaan agama Islam, mengutuk kebiasaan buruk di masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agama.

Kebiasaan buruk yang dimaksud seperti minum tuak, berjudi, menyabung ayam, dan perbuatan tidak baik lainnya.

Permasalahan ini sempat diupayakan untuk diselesaikan secara damai melalui perundingan, tetapi selalu gagal.

Alhasil, meletuslah Perang Padri pada 1803, di mana kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan dan kaum Adat dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah, yang merupakan Raja Pagaruyung.

Pada 1815, kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman berhasil meruntuhkan Kerajaan Pagaruyung dan membuat Sultan Arifin Muningsyah melarikan diri.

Keterlibatan Belanda

Hingga tahun 1821, Perang Padri dapat disebut sebagai perang saudara yang melibatkan penduduk Minang dan Mandailing.

Pergolakan yang telah berlangsung selama hampir dua dekade itu membuat kubu kaum Adat semakin terdesak.

Untuk melawan kaum Padri, pada 10 Februari 1821, Sultan Alam Bagagarsyah, raja terakhir Pagaruyung, terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda, yang kemudian dianggap sebagai bentuk penyerahan.

Dalam perjanjian itu, Belanda berjanji membantu perang melawan kaum Padri dan sultan akan menjadi bawahan pemerintah pusat.

Tidak lama kemudian, Belanda mulai membantu kaum Adat dengan melancarkan serangkaian serangan kepada kaum Padri.

Karena pertempuran berjalan sangat alot, pada 1825 Belanda terpaksa mengajak Tuanku Imam Bonjol, yang memimpin perlawanan kaum Padri saat itu, untuk melakukan gencatan senjata.

Setelah Perang Diponegoro di Jawa berakhir, Belanda kembali aktif melancarkan serangan.

Belanda bahkan berusaha menaklukkan kaum Padri dengan mendatangkan pasukan dari Jawa dan Maluku.

Berubah menjadi perang kolonial

Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba untuk bersatu dengan kaum Adat dalam melawan Belanda.

Langkah tersebut membuahkan hasil, dan pada akhir 1832 kedua kubu melakukan persetujuan di lereng Gunung Tandikat.

Hal itu membuat Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap oleh Belanda pada 1833 atas tuduhan pengkhianatan dan dibuang ke Betawi.

Tidakan Belanda terhadap sultan membuat kaum Adat marah dan akhirnya bangkit melawan penjajah.

Perang Padri semula merupakan perang saudara kemudian berubah menjadi perang kolonial karena kaum Adat dan kaum Padri bersatu menghadapi Belanda.

Saat itu, pemimpin umum Perang Padri masih tetap dipegang oleh Tuanku Imam Bonjol.

Sayangnya, berbagai serangan yang dilancarkan penduduk Minangkabau dapat diredam oleh Belanda yang terus mendapatkan dukungan dari Batavia.

Pada 1837, Benteng Bonjol dapat dikuasai dan Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah.

Pasca pengasingan Tuanku Imam Bonjol, Perang Padri masih sempat dilanjutkan dan dipimpin oleh Tuanku Tambusai.

Akan tetapi, semua perlawanan rakyat Minangkabau berhasil ditumpas oleh Belanda.

Jatuhnya Tuanku Tambusai pada 28 Desember 1838, kemudian menandai akhir Perang Padri yang dimenangkan oleh pihak Belanda.

Referensi:

  • Ruspandi, F. (2011). Perang Padri. Jakarta: Be Champion.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/09/140000979/mengapa-perang-padri-berubah-menjadi-perang-kolonial

Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke