Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ki Bagus Hadikusumo: Kiprah dan Karyanya

Pada 1942, ia ditunjuk untuk menggantikan posisi KH Mas Mansur sebagai ketua umum Muhammadiyah. 

Semasa kepemimpinannya di Muhammadiyah, Hadikusumo juga tergabung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Dalam sidang-sidang PPKI, Ki Bagus Hadikusumo memperjuangkan agar Islam menjadi pilar dalam dasar negara.

Masa Muda

Ki Bagus Hadikusumo lahir di Yogyakarta, 24 November 1890. Sewaktu kecil, ia akrab disapa Hidayat. 

Ki Bagus Hadikusumo sendiri berasal dari keluarga priyayi santri dari daerah Kauman, Yogyakarta.

Di lingkungan tempat ia tinggal sangatlah kental akan kultur Islami, sehingga kultur tersebut telah melekat dalam dirinya.

Ayahnya, Kyai Hasyim, adalah seorang abdi dalem Kraton Yogyakarta. 

Pendidikan formal yang Ki Bagus Hadikusumo jalani hanyalah sampai pada tingkat sekolah dasar.

Pendidikan agama ia dapatkan dari sang ayah serta dua pesantren tradisional di Wonokromo dan Pekalongan.

Di pesantren tersebut lah, Hadikusumo mulai mengenal ilmu tasawuf. 

Akan tetapi, pengaruh terbesar yang ia dapat selagi mempelajari ilmu Islam adalah berasal dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. 

Kiprah

Perjuangan serta pemikiran dari Ki Bagus Hadikusumo tidak terlepas dari organisasi Islam bernama Muhammadiyah.

Ia pun juga sempat memegang beberapa jabatan di dalam organisasi tersebut. 

Jabatan pertama yang ia pegang adalah sebagai Ketua Majelis Tabligh, lalu Ketua Majelis Tarjih, dan posisi puncak, Ketua Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah.

Ia menjabat sebagai Ketua PB selama 11 tahun, sejak 1942 sampai 1953. 

Ki Bagus Hadikusumo juga menjadi salah satu pendiri Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) di Yogyakarta pada November 1943.

Dalam partai tersebut Ki Bagus Hadikusumo memegang jabatan sebagai wakil ketua sampai pada tahun 1950.

Adanya Ki Bagus Hadikusumo sebagai ketua Muhammadiyah, berawal dari terjadinya pergolakan politik internasional, yaitu pecahnya Perang Dunia II. 

Ketua Muhammadiyah sebelumnya, KH Mas Mansur, memintanya untuk menggantikan posisinya, karena Mansur dipaksa untuk menjadi anggota Pusat Tenaga Kerja Rakyat (PUTERA).

Saat menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo sering berbincang dengan Jepang agar para siswa Muhammadiyah tidak terlalu patuh akan Jepang.

Perjuangan Ki Bagus Hadikusumo tidak hanya ada dalam Muhammadiyah, tetapi juga dalam partai politik yang berbasis Islam.

Selain dalam organisasi dan partai Islam, Ki Bagus Hadikusumo juga terlibat dalam sidang-sidang Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

Dalam sidang-sidang tersebut Ki Bagus Hadikusumo memperjuangkan agar Islam menjadi pilar dalam dasar negara.

Ia berperan dalam penyusunan isi Mukadimah UUD 1945. 

Pada butir pertama dalam Mukadimah UUD 1945 tertulis, "Negara berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya". 

Usulan Ki Bagus Hadikusumo dan anggota golongan Islam lainnya ini akhirnya ditolak.

Karya

Selain aktif di dunia politik, Ki Bagus Hadikusumo juga menghasilkan beberapa karya tulis, antara lain:

  • Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin
  • Risalah Katresnan Djati (1935)
  • Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940)
  • Poestaka Ichsan (1941)
  • Poestaka Iman (1954).

Akhir Hidup

Ki Bagus Hadikusumi wafat pada 7 September 1954.

Jenazahnya pun dimakamkan di TPU Pakuncen Yogyakarta.

Untuk menghargai setiap perjuangannya, ia pun ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 2015.

Ki Bagus Hadikusumo juga dihadiahi tanda kehormatan berupa Bintang Mahaputera Adipradana dan Bintang Republik Indonesia Utama.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/080000679/ki-bagus-hadikusumo--kiprah-dan-karyanya

Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke