JAKARTA, KOMPAS.com - Pegiat olahraga basket seni Meiyi Zipora Karamoy menyebut bahwa atlet basket seni perempuan terbilang langka di Indonesia.
Meiyi yang kini duduk di semester tiga Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi UPH itu juga menyebut bahwa perempuan atlet basket seni masih terbilang cukup langka.
"Di Indonesia ada tujuh atau delapan orang, tapi yang aktif cuma tiga orang," tutur Meiyi yang menggeluti basket seni sejak 2015-2016 itu.
Basket seni acap disebut sebagai olahraga freestyler atau basket jalanan atau basket gaya bebas.
Lebih lanjut, menurut perempuan yang menyukai olahraga bola basket sejak usia empat tahun ini, pelaku basket seni di Indonesia memerlukan kompetisi.
"Ya, sebulan minimal ada tiga kali," kata mahasiswi Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Kota Tangerang ini.
Harapan adanya kompetisi itu, ujar Meiyi, berasal dari Asosiasi Bolabasket Seni Indonesia (ABSI).
Baca juga: Wujudkan Harapan Banyak Orang Terlibat di Olahraga Basket Seni, Begini Caranya...
Selingan
Sementara itu, pegiat olahraga basket seni, Richard "Insane" Latunusa menyebut bahwa olahraga basket seni masih dianggap sebagai olahraga selingan.
Olahraga basket seni memang terinspirasi dari olahraga bola basket.
Richard yang sudah berkecimpung di basket seni sejak 2001 mengisahkan bahwa peminatan pada basket seni berawal dari seseorang pecinta olahraga basket.
"Mereka tidak diterima di klub dan akhirnya pilihannya adalah basket freestyle," tuturnya pada Sabtu (28/5/2022).
Richard juga menyebut bahwa basket seni, sekarang, juga terdampak pandemi Covid-19.
Makanya, sejak 2019, basket seni minim kegiatan kompetisi.
Padahal, kompetisi menjadi cara penting bagi atlet basket seni meningkatkan kemampuan dan prestasinya.