KOMPAS.com - Jalan cepat atau race walks termasuk ke dalam cabang olahraga atletik. Salah satu hal yang harus diperhatikan saat melakukan jalan cepat adalah start atau awalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jalan cepat adalah salah satu cabang olahraga atletik yang dilombakan. Jarak tempuhnya yaitu 5 km, 10 km, 20 km, dan 50 km yang sebagian telapak kakinya harus menyentuh tanah.
Jalan cepat berbeda dengan lari meski keduanya sama-sama termasuk dalam cabang olahraga atletik.
Perbedaan antara jalan cepat dan lari terletak pada gerakan kaki.
Baca juga: Teknik Dasar Jalan Cepat
Dalam jalan cepat, gerakan kaki pada jalan cepat salah satu kakinya selalu menyentuh atau menapak ke tanah.
Sementara pada olahraga lari, ada momen di mana kedua kaki berada di atas tanah.
Mengutip laman resmi IAAF, nomor jalan cepat yang dilombakan pada Olimpiade musim panas adalah 20 kilometer (putra dan putri) serta 50 kilometer (putra).
Adapun, start yang digunakan pada perlombaan jalan cepat adalah start berdiri.
Lantas mengapa jalan cepat menggunakan start berdiri?
Baca juga: Manfaat Jalan Cepat bagi Kesehatan Tubuh
Jalan cepat menggunakan start berdiri karena pada dasarnya start tidak memiliki pengaruh berarti dalam jalan cepat.
Oleh karenanya, tidak ada teknik khusus yang perlu dipelajari atau dilatih.
Meski begitu, start jalan cepat harus dilakukan dengan cara yang benar.
Cara melakukan start dalam jalan cepat adalah sebagai berikut.
Baca juga: Fungsi Gerakan Ayunan Lengan pada Jalan Cepat
Hal lain yang harus diperhatikan dalam jalan cepat adalah gerakan lanjutan atau follow through setelah kaki kiri mendarat di tanah.
Gerakan lanjutan setelah kaki kiri mendarat pada jalan cepat adalah sebagai berikut.
Angkatlah paha dan tungkai kaki kanan ke depan dan tangan kiri diayunkan ke depan
Condongkanlah badan ke depan, sementara pandangan tetap lurus ke depan.