TOKYO, KOMPAS.com - Perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 pada 23 Juli 2021 hingga 8 Agustus 2021 menyisakan masalah baru.
"Ada 28.000 potong seragam relawan tak terpakai saat ini," tulis laporan penelusuran oleh Kyodo, Sabtu (29/11/2021).
Baca juga: Bakti Peraih Medali Perak Angkat Besi Olimpiade Tokyo 2020 Belum Usai
Penyebab masalah baru itu memang tak lepas dari pandemi Covid-19.
Awalnya, Olimpiade Tokyo 2020 direncanakan terjadi pada 2020.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada 2020 membuat pesta akbar olahraga multicabang itu tertunda pelaksanaannya hingga 2021.
Alhasil, sedikitnya 28.000 relawan mengundurkan diri dengan alasan ketidaksesuaian jadwal.
Seragam-seragam yang tak terpakai itu ada di beberapa kota penyelenggara mulai dari Tokyo, Chiba, Saitama, dan Sapporo.
Saat ini, pemangku kepentingan di kota-kota itu sedang mencari formulasi berkenaan dengan pajak yang sudah dikeluarkan untuk penyediaan seragam-seragam itu.
Total pengeluaran untuk membeli seragam mencapai angka 1,7 miliar yen atau setara dengan 15 juta dollar AS alias sekitar Rp 210 miliar.
Sedikitnya, Jepang menyiapkan 40.000 relawan untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Sementara itu, beberapa pemerintahan setempat mengaku membeli seragam-seragam itu dari produsen perlengkapan olahraga Asics Corp.
Asics Corp adalah salah satu sponsor resmi Olimpiade Tokyo 2020.
Catatan media Kyodo juga menunjukkan bahwa harga satu set seragam ada di kisaran 22.000 yen hingga 40.000 yen.
Harga itu, jika dibandingkan dengan rupiah mencapai Rp 2,8 juta hingga Rp 5 jutaan.
Sejauh ini, Tokyo memiliki 21.000 pasang sepatu dan 23.000 kaus polo yang tidak terpakai.
Di Saitama, ada seragam tak terpakai untuk 2.000 orang.
Lantas, di Chiba, ada seragam tak terpakai untuk 1.200 orang.
Di Miyagi ada seragam tak terpakai untuk 1.000 orang.
Di Fukushima ada seragam tak terpakai untuk 8.000 orang.
Di Fukushima, seragam-seragam ada yang disimpan di gudang-gudang pribadi.
Jika dihitung, harga seragam-seragam yang disimpan di gudang-gudang pribadi itu mencapai puluhan ribu yen.
Sejauh ini, para pemimpin daerah tengah mencari jalan paling baik menuntaskan problem seragam tak terpakai tersebut.
Sementara, pemerintah Sapporo mendonasikan sekitar 100 hingga 145 potong seragam untuk sekolah dan warga kurang mampu.
"Jalan keluar mengenai seragam tak terpakai itu haruslah transparan," kata Profesor Yuji Nakamura, guru besar ilmu administrasi keolahragaan dari Universitas Utsonomiya di Prefektur Tochigi.