KOMPAS.com - Olahraga lari digemari banyak orang karena mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya mahal. Meski mudah dilakukan, seseorang harus mengetahui tahapan atau fase berlari agar bisa lari secara optimal dan terhindar dari cedera.
Rutin berolahraga merupakan salah satu kunci untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Salah satu jenis olahraga yang kini menjadi pilihan banyak orang adalah lari.
Lari dianggap sebagai olahraga yang paling mudah karena tidak memerlukan latihan khusus
Selain itu, lari bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja tanpa perlu mengeluarkan biaya mahal.
Baca juga: Start Lari Estafet
Melansir laman resmi Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI), pengertian lari adalah gerak berpindah tempat atau memindahkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya dengan cara melangkah menggunakan kaki secara bergantian.
Berdasarkan jarak tempuhnya, lari dibedakan menjadi tiga jenis yaitu lari jarak pendek, lari jarak menengah, dan lari jarak jauh.
Agar bisa berlari secara optimal, bagian tubuh utama yang harus dilatih secara rutin adalah otot pinggang, otot perut, tungkai, dan lengan.
Selain itu, pemahaman tentang fase berlari juga harus dimiliki oleh seorang pelari.
Baca juga: Lintasan Lari Jarak Pendek
Adapun, teknik berlari dibagi menjadi dua tahapan atau fase yaitu fase topang dan fase melayang.
Fase topang terdiri dari topang depan dan tahap dorong. Tahapan ini bertujuan untuk mengecilkan hambatan saat kaki menyentuh tanah dan memaksimalkan dorongan ke depan.
Dengan kata lain, fase yang bertujuan untuk meminimalkan hambatan ketika kaki menyentuh tanah dan memaksimalkan dorongan ke depan adalah fase topang.
Gerakan dalam fase topang adalah:
Baca juga: Manfaat Retro Run atau Lari Mundur
Fase melayang bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan mempersiapkan penempatan kaki yang efektif saat menyentuh tanah.
Gerakan fase melayang dalam berlari adalah: