KOMPAS.com - Olahraga lari seperti jogging sudah awam dilakukan oleh banyak pegiat olahraga.
Jogging disukai karena mudah, simpel, dan tak memerlukan banyak biaya.
Namun, bagaimana dengan lari mundur atau retro run? Jenis olahraga lari yang satu ini pernah ramai diperbincangkan pada akhir tahun 2017.
Lari mundur atau retro run kebalikan dari jogging pada umumnya. Jika rang berlari biasanya ke arah depan, retro run yakni lari mundur ke belakang.
Cara berlari itu disebut-sebut berguna untuk kesehatan dalam melatih keseimbangan badan dan penglihatan. Benarkah demikian?
Baca juga: Lintasan Lari Jarak Pendek
Melansir laman technogym.com, lari mundur atau retro run memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Ramainya pegiat lari mundur membuat beberapa pihak menggelar kegiatan masal retro run di Indonesia.
Baca juga: Start Lari Estafet
Akan tetapi, Founder Indorunners Reza Puspo mengatakan, untuk segi keunikan retro run memang unik. Namun, risiko yang ditimbulkan akan lebih besar ketimbang lari ke depan.
"Saya kalau lari maju, enggak mundur, menurut saya itu tidak aman. Badan kita didesain untuk berlari maju, tidak mundur," kata Reza kepada Kompas Lifestyle di Jakarta, Rabu (30/8/2017).
"Untuk fun mungkin bisa, tetapi apakah itu akan menjadi makanan para pelari? Saya rasa enggak ya," ucapnya.
Lari maju mundur seringkali terlihat dalam pemanasan seorang atlet. Kegiatan itu gabungan antara lari maju dan mundur.
Baca juga: Kategori Lari Marathon
Pelari biasanya akan maju terlebih dahulu dengan kecepatan sedang sampai tinggi, kemudian lari ke belakang.
Dalam jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, lari maju mundur berguna untuk pengembangan gerak dasar lari siswa sekolah dasar.
Adapun latihan lari maju mundur digunakan untuk melatih kelincahan.
Mengutip buku Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Siswa SD-MI Kelas V karya Dadan Heryana dan Giri Verianti, variasi lari maju mundur berguna untuk latihan kelincahan gerakan bereaksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.