Pesertanya berjumlah 1.985 atlet paralimpiade dari 34 provinsi.
Sudah barang tentu, cabang-cabang olahraga pertandingan adalah cabang yang sesuai dengan kondisi fisik para atlet penyandang disabilitas.
12 cabang olahraga yang dipertandingkan adalah angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola CP, tenis lapangan kursi roda, dan tenis meja.
Sebagai seorang jurnalis, saya terbilang terlambat bersentuhan langsung dengan olahraga bagi atlet penyandang disabilitas.
Seingat saya, kali pertama saya menyaksikan laga paralimpiade adalah pada 2018.
Waktu itu, ada perhelatan Asian Para Games dan Indonesia menjadi tuan rumah.
Laga-laga Asian Para Games 2018 berlangsung sejak 6 Oktober 2018 hingga 13 Oktober 2018.
Saya bertandang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) untuk menyaksikan laga cabang atletik.
Saya sengaja menempatkan diri sebagai penonton, bukan sebagai jurnalis.
Karena Asian Para Games 2018 hanya berselisih sekitar satu bulan dengan penyelenggaraan Asian Games 2018, saya berharap aroma dan gegap-gempita pesta olahraga itu bakal setara.
Asian Games 2018 berlangsung pada 18 Agustus hingga 2 September.
Namun begitu, harapan saya kandas.
Pertandingan-pertandingan Asian Para Games 2018 terbukti minim penonton.
Suasana pertandingan pun cenderung mendekati hening.
Geloranya tidak terasa.
Saya tercengut.
"Kok ada yang hilang ya?" kata saya dalam hati.
Saya jadi teringat tatkala dalam perjalanan masuk ke GBK persis di Pintu Barat.
Di situ ada beberapa bangunan semipermanen untuk penjualan suvenir.
Tak seperti saat Asian Games 2018, kawasan itu pada Asian Para Games 2018 juga sepi pengunjung.