Pegang raket, yang dilatih juga kestabilan mengendalikan bola dengan pegangan yang benar. Pantul-pantul bola ke udara dengan posisi raket menghadap ke atas.
Setelah itu, latihan ayun dan posisi pukulan raket tanpa bola sampai sebosan-bosannya. Di ujung sesi latihan, paling 10 menit, barulah benar-benar memukul bola menyeberangi net.
Itu bertahun-tahun. Baru sesudah itu bicara kompetisi dan pertandingan.
Ketika nama Apriyani Rahayu melambung di Olimpiade Tokyo 2020, kisah-kisahnya menyusuri perjalanan takdir menjadi dirinya hari ini pun ikut terangkat.
Baca juga: Kisah Apriyani Rahayu: Cuma Modal Raket dan Uang Rp 200.000 Saat Pelatnas hingga Raih Emas Olimpiade
Modal raket usang, salah satunya. Kegigihannya mengikut apa pun program latihan, cerita lainnya.
Sebelumnya, cerita hidup Lalu Muhammad Zohri juga menyentak publik. Dunia sunyi hanya berisi latihan dan latihan, adalah cerita yang akan jamak didengar dari atlet-atlet berprestasi.
Baca juga: Lalu Muhammad Zohri, Debutan Pelari Pengganti yang Jadi Juara Dunia U-20
Perjalanan hidup Eko Yuli Irawan tak kalah menantang. Pilihan yang dihadapi pun rasional sekali, antara menggembala kambing yang menjadi penghidupan keluarganya saat itu atau membagi waktu di sela menggembala kambing dengan berlatih angkat besi.
Baca juga: Eko Yuli Irawan: Dulu Gembala Kambing, Kini Raih Perak Olimpiade Tokyo dan Ukir Sejarah
Pertanyaan yang masih akan butuh dijawab waktu adalah, apakah mereka yang pada hari ini sedang produktif mengukir prestasi membawa nama bangsa dan negara akan tetap sejahtera di masa tua?
Ini pertanyaan yang sama rasionalnya dengan saat mereka memutuskan menekuni segala model latihan dan tempaan hingga menjadi atlet berprestasi.
Baca juga: Menjaga Asa Kesejahteraan Mantan Atlet
Ada terlalu banyak cerita tentang para mantan atlet berprestasi yang pontang-panting bahkan kesusahan di hari tua.
Apakah profesi atlet sudah mendapatkan payung perlindungan yang memadai untuk menyiapkan dan menghadapi masa setelah tak lagi berlaga?
Terlebih lagi, indikator definisi sejahtera menurut para atlet dan mantan atlet tidaklah muluk-muluk pula. Pekerjaan dan penghasilan tetap, adalah indikator nomor satu.
Baca juga: Kesejahteraan Atlet dan Mantan Atlet: Antara Fakta dan Impian
Tidak setiap atlet punya kesempatan untuk mengasah keahlian lain saat masih berproses dan produktif di arena laga. Tak banyak pula yang beruntung memiliki perencanaan pensiun dan atau hari tua.
Faktanya, 75,2 persen mantan atlet tak punya dana pensiun sama sekali. Dari 137 mantan atlet yang menjadi responden survei online Litbang Kompas pada 1-10 September 2021, 28,5 persen mengaku sangat butuh pekerjaan pada saat ini.
Sudah jalan yang ditempuh tidak mudah, masa produktif relatif pendek di arena laga, serta tidak ada banyak pula pilihan untuk penghidupan sesudahnya—termasuk jaminan hari tua dan asuransi kesehatan—, sepertinya masih jadi kisah para atlet dan mantan atlet Indonesia pada hari-hari ini....
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.