"Ada empat teori, insting, frustrasi-agresi, belajar sosial, dan model agresi umum."
"Setiap orang memiliki naluri bawaan untuk menjadi agresif. Naluri ini yang diekspresikan melalui serangan terhadap orang lain atau dialihkan dengan katarsis," ujar wanita yang tergabung dalam komunitas Bonek Writer Forum.
Baca juga: Tanggapan APPI soal Aksi Brutal pada Laga AHHA PS Pati Vs Persiraja
Sesuai namanya, psikis pemain akan terpojok ketika sedang dalam tekanan, contohnya seperti tertinggal pada menit-menit akhir.
Teori ini mirip dengan yang dipaparkan dalam buku falsafah peran Sun Tzu: Art of War. Dalam buku tersebut seseorang akan melakukan apa saja ketika tertekan dan takut.
Seseorang tidak lagi berpikir jernih bahkan melakukan sesuatu yang dilarang dalam strategi maupun aturan.
"Teori ini sudah direvisi. Frustrasi tidak selalu mengarah ke agresi, tetapi meningkatkan kemungkinan agresi dengan meningkatkan gairah, kemarahan, pikiran, dan emosi lainnya," kata Dianita.
Baca juga: Komdis PSSI Tidak Menoleransi Gaya Main Barbar Ala Zulham Zamrun dan Syaiful Indra Cahya
"Agresi dipandang sebagai perilaku yang dipelajari melalui mengamati orang lain," ujar dia menerangkan.
Setelah itu, hadirnya penguatan dari perilaku serupa akan semakin membuat kemungkinan hal yang sebelumnya dia lakukan kembali terulang.
Sederhananya, kata Dianita, kondisi personal seseorang, situasi, sama interaksinya menentukan kecenderungan orang tersebut untuk berperilaku agresif.
"Kemudian, timbul pertanyaan apakah agresi membantu performa pemain sekaligus meningkatkan moral tim?"
Baca juga: PSSI Pastikan Liga 2 dan Liga 3 Siap Digelar
"Banyak orang merasa bermain agresif adalah hal biasa dalam olahraga. Padahal, aksi tersebut memiliki risiko tinggi, tepatnya mencederai lawan," terangnya.
"Faktanya, kita sering menemukan kejadian yang mendukung agresi di sepak bola. Bahkan pada pertandingan usia dini," jelasnya.
Agresif memang membuat penampilan semakin menarik. Selain itu, sebagian pelatih dan pemain percaya bahwa agresivitas meningkatkan performa atletik, baik tim maupun individu.
"Sebagai contoh, strategi agar pemain yang kurang terampil melakukan tindakan agresif ke lawan yang tingkat keterampilannya lebih tinggi."
Hal tersebut diakukan untuk mengalihkan perhatian pemain/tim yang lebih unggul atau memancing mereka ke perkelahian.
"Bisa lewat provokasi, gerakan tubuh, maupun verbal atau omongan," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.