KOMPAS.com - Eks pelatih nasional taekwondo Indonesia, Lamting, menyesalkan atlet taekwondo Tanah Air yang kehilangan kesempatan tampil di Olimpiade Tokyo 2020 hanya karena kelalaian Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI).
Lamting menilai bahwa kejadian ini merupakan sejarah buruk untuk taekwondo Indonesia yang harus dipertanggungjawabkan.
"Atlet taekwondo Australia saja sampai mencari dana sendiri untuk membiayai keperluannya agar bisa tampil di Olimpiade," ujar Lamting mengawali dikutip dari Tribunnews, Selasa (10/8/2021).
"Masa tiga atlet taekwondo Indonesia yang sudah dibiayai APBN tidak bisa tampil di babak kualifikasi Olimpiade hanya karena masalah administrasi."
Baca juga: Selepas Olimpiade Tokyo 2020, Jepang Masih Berbenah Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19
"Ini kesalahan terbesar yang tidak bisa ditolerir dan menjadi sejarah buruk taekwondo Indonesia yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat taekwondo juga pemerintah."
Indonesia sebetulnya berpotensi meloloskan atlet taekwondo di nomor kyorugi (tarung) ke Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, tiga taekwondoin yang disiapkan PB TI yaitu Mariska Halinda (kelas -49kg putri), Muhammad Basam Raihan (-58kg putra) dan Adam Yazid Ferdiansyah (-68kg putra) batal mengikuti Turnamen Kualifikasi Olimpiade di Amman, Yordania, 21-22 Mei 2021 karena masalah administratif.
Ketiga atlet yang telah berada di Amman tidak diperbolehkan tampil oleh panitia karena pendaftaran yang dilakukan pengurus PB TI dilakukan secara manual.
Baca juga: Ada Inspirasi Prestasi Olahraga Usai Olimpiade Tokyo 2020
Padahal, panitia penyelenggara mewajibkan peserta yang tampil teregistrasi secara online atau daring.
"Kalau tidak lolos babak kualifikasi karena mengalami kekalahan dalam pertandingan itu wajar. Tapi, mereka datang ke Amman dan tidak bisa bertanding," ujarnya.
"Itu yang paling menyedihkan. Saya bisa merasakan kekecewaan mereka yang sudah kehilangan kesempatan tampil di Olimpiade 2020 Tokyo," ungkap mantan atlet yang juga sekaligus menjadi bintang sinetron laga ini.
Lamting menyayangkan kelalaian tersebut sehingga atlet taekwondo Indonesia tak bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020 ini.
Padahal, tim taekwondo Merah Putih sudah memiliki sejarah di pesta olahraga multicabang tersebut.
Sebelumnya, taekwondoin yang mewakili Indonesia di Olimpiade, yakni Juana Wangsa Putri (-49kg) di Sydney 2000.
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Umumkan Langsung Bonus Atlet Olimpiade Tokyo 2020
Pada penyelenggaraan Olimpiade selanjutnya di Athena, Juana bahkan juga tampil membawa Merah putih bersama Satriyo Rahadhani (-58kg putra).
Sementara itu, Lamting menilai peluang tiga atlet taekwondo Indonesia untuk bisa lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 cukup terbuka, khususnya Mariska Halinda.
Atlet putri yang biasa turun di kelas -53kg itu pernah menempati posisi tiga Kejuaraan Asia 2018 sehingga saat diturunkan di kelas 49kg, Mariska memiliki kans besar untuk merusak peta persaingan di nomor tersebut.
"Mariska itu bukan hanya berpeluang lolos, tetapi bisa bersaing dengan atlet taekwondo asal Thailand, Panipak Wongpattanakit yang menjadi taekwondoin pertama dari Thailand yang mencuri medali emas di Olimpiade 2020 Tokyo," singgungnya soal prestasi taekwondoin Thailand.
"Mariska juga punya rekam jejak mumpuni karena pernah mengalahkan kompatriot Panipak, Phannapa Harnsujin saat bersaing di kelas 53kg Asian Open, Hochiminh City, di mana pada turnamen itu Mariska membawa pulang medali perunggu," tandas Lamting.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.