Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Tenis Meja

Kompas.com - 26/07/2021, 19:40 WIB
Kevin Topan Kristianto

Penulis

Sumber Olympic

KOMPAS.com - Tenis meja atau pingpong merupakan salah satu kelompok permainan bola kecil.

Sesuai dengan namanya, permainan tenis meja dilakukan di atas meja.

Olahraga satu ini membutuhkan bola dan bet sebagai pemukul serta net untuk pemisah antara individu (tunggal) atau kelompok (ganda).

Ukuran bola tenis meja jauh lebih kecil dibanding dengan tenis lapangan. Bahan bola tenis meja terbuat dari celluloid atau sejenis plastik sehingga ringan tetapi keras.

Baca juga: Teknik Stance dalam Tenis Meja

Sementara alat pemukul bet terbuat dari kayu yang dilapisi oleh karet.

Sama seperti olahraga lainnya, tenis meja juga memiliki sejarah tercipta permainan tersebut.

Sejarah singkat tenis meja

Mengutip Buku Ajar Teori dan Praktik Permainan Tenis Meja (2010), karya Andi Kasanrawali, S.Pd., M.Pd, tenis meja pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Inggris sejak tahun 1880-an.

Saat itu, permainan tenis meja dikenal dengan beberapa sebutan, yaitu gossima, pingpong, dan whiff-whaff.

Baca juga: Teknik Pukulan Forehand dan Backhand pada Tenis Meja

Olahraga tenis meja mengadopsi dari permainan tenis lapangan.

Awalnya, permainan tenis meja belum dianggap sebagai olahraga, jenis permainan satu ini hanya dilakukan oleh kaum bangsawan untuk mengisi waktu luang setelah selesai makan malam.

Saat itu, peralatan yang digunakan untuk memainkan tenis meja masih sangat sederhana, yaitu sebaris buku yang dijadikan sebagai pembatas atau net yang disusun di atas meja makan serta bola yang terbuat dari karet atau gabus.

Untuk alat pemukulnya, mereka menggunakan buku atau kulit binatang sebagai pemukul bola atau yang sekarang kita kenal sebagai bet.

Seiring berjalannya waktu, permainan tenis meja mengalami perkembangan. Pada tahun 1901, bola yang awalnya terbuat dari karet atau gabus, berubah bola dari berbahan seluloid.

Baca juga: PTMSI: Induk Olahraga Tenis Meja Indonesia

Kemudian, alat pemukul yang awalnya menggunakan buku atau kulit binatang, berubah menjadi kayu yang sudah diasah kemudian dilapisi dengan selembar karet.

Pada abad ke-19, permainan tenis meja semakin digemari di Inggris dan Eropa pada umumnya, kemudian Amerika Serikat.

Waktu itu namanya adalah gossima atau pingpong. Bola yang digunakan adalah karet ringan dan ditutupi dengan kulit yang dirajut.

Istilah tenis meja baru muncul sekitar tahun 1921-1922, saat organisasi yang mewadahi para pemain pingpong aktif kembali. Organisasi ini dibentuk pada 1902, namun dibubarkan pada 1905.

Baca juga: Ukuran Lapangan Tenis Meja Standar Internasional

Perwakilan pemain pingpong dari berbagai negara, seperti Jerman, Hongaria serta Inggris berkumpul untuk membentuk sebuah organisasi tenis meja tingkat internasional.

Organisasi tersebut kemudian diberi nama Federation Internationale de Tennis de Table atau International Table Tennis Federation (ITTF). Organisasi ini didirikan pada 1926 yang diprakarsai oleh Dr George Lehmann.

Para anggotanya berasal dari Inggris, Swedia, Hongaria, India, Denmark, Jerman, Cekoslowakia, Austria serta Wales.

Mulai pertengahan 1950, para atlet pingpong dari negara Asia mulai bermunculan. Jepang dan Cina mendominasi gelar juara dalam kompetisi tenis meja tersebut.

Seiring berjalannya waktu, tenis meja diperkenalkan sebagai cabang olahraga di Olimpiade sejak 1988, dengan kompetisi tunggal dan ganda putra serta putri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor 'The Invincibles' Pimpinan Wenger

Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor "The Invincibles" Pimpinan Wenger

Liga Inggris
Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Liga Italia
Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia
Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Sports
Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Timnas Indonesia
Persib Vs Bali United, Kisah Marcos Flores dan Kutukan Maung Bandung

Persib Vs Bali United, Kisah Marcos Flores dan Kutukan Maung Bandung

Liga Indonesia
Mantan Pemain Real Madrid Latih PSBS Biak Musim Depan

Mantan Pemain Real Madrid Latih PSBS Biak Musim Depan

Liga Indonesia
Kekalahan dari Arsenal Sisakan Rentetan Catatan Buruk Man United

Kekalahan dari Arsenal Sisakan Rentetan Catatan Buruk Man United

Liga Inggris
Gregoria Mariska Catatkan Smes Terkencang Selama Uber Cup 2024

Gregoria Mariska Catatkan Smes Terkencang Selama Uber Cup 2024

Badminton
Bayer Leverkusen 50 Laga Tak Terkalahkan, Xabi Alonso Incar Tiga Gelar

Bayer Leverkusen 50 Laga Tak Terkalahkan, Xabi Alonso Incar Tiga Gelar

Bundesliga
PSSI Upayakan Calvin Verdonk-Jens Raven Bela Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

PSSI Upayakan Calvin Verdonk-Jens Raven Bela Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Timnas Indonesia
IMI X IOF Challenge 2024 Tuntas, Kolaborasi Majukan Offroad Tanah Air

IMI X IOF Challenge 2024 Tuntas, Kolaborasi Majukan Offroad Tanah Air

Sports
Jadwal dan Hasil Undian Thailand Open 2024, Indonesia Kirim 16 Wakil

Jadwal dan Hasil Undian Thailand Open 2024, Indonesia Kirim 16 Wakil

Badminton
Pelatih Korea Utara Ungkap Kelebihan Timnas U17 Putri Indonesia

Pelatih Korea Utara Ungkap Kelebihan Timnas U17 Putri Indonesia

Timnas Indonesia
PSG Vs Toulose 1-3, Noda Sorakan dan Penghormatan untuk Mbappe

PSG Vs Toulose 1-3, Noda Sorakan dan Penghormatan untuk Mbappe

Liga Lain
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com