KOMPAS.com - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Okto Saptahari, mengungkapkan tiga modal kuat Indonesia bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Indonesia mendapat tantangan berat dalam perjalannya mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.
Korea Selatan-Korea Utara, Australia, India, hingga Qatar juga menunjukkan ketertarikan untuk menjadi penyelenggara pesta olahraga terbesar di dunia tersebut.
Australia, tepatnya Kota Brisbane, merupakan persaing terberat Indonesia saat ini sebab sudah masuk kategori targeted dialog dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Baca juga: Jokowi Teken Keppres Panitia Pencalonan Indonesia sebagai Tuan Rumah Olimpiade 2032
Level Brisbane lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang berstatus continous dialog atau pembahasan yang berkelanjutan.
"Penentuan tuan rumah Olimpiade bukan lagi melalui proses bidding, tetapi dengan pendekatan dialog. Ada targeted dialog, continous dialog, dan interested party," kata Raja Sapta Oktohari, saat kunjungan KOI ke Kompas Grup di Menara Kompas, Rabu (2/6/2021).
"Posisi Indonesia ada di continous dialog, tepat berada di belakang targeted dialog, yaitu Brisbane karena mereka lebih dulu menyampaikan semua materi."
"Ibarat balap mobil, kita saat ini sedang mengejar Brisbane. Kita harus bisa mendahului Brisbane," kata pria yang akrab disapa Okto ini.
Meski demikian, Raja Sapta Oktohari memastikan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2023 masih terbuka.
Okto mengungkapkan Indonesia memiliki tiga modal kuat untuk menjadi tuan rumah penyelenggara Olimpiade, yakni sustainability (keberlanjutan), legacy (warisan), dan dukungan masyarakat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.