"Yang ada adalah latihan dasar mulai dari passing (mengoper bola), dribling (membawa bola), shooting (menembak bola ke jaring), dan latihan fisik," kata Danny yang ditunjuk melatih kelompok umur 12-16 putra-putri.
"Sesekali juga bersama staf pelatih lainnya, saya melatih anak-anak usia di bawah 10 tahun," lanjutnya.
Kenangan menjadi pelatih di Yao Ming Foundation sangat membekas dalam diri Danny.
Danny pun mengaku mendapat tantangan pada persoalan bahasa, termasuk jarak tempat latihan yang lumayan jauh harus ditempuh.
"Saya harus empat kali transit subway (kereta bawah tanah)," ujar Danny.
Menurut Danny, bisa berbagi ilmu dengan melatih anak-anak muda China sama halnya seperti ibadah.
Ia menambahkan, dirinya pun bisa bertemu langsung dengan Yao Ming, idolanya.
"Ini salah satu kepuasan yang tidak terbayarkan," ujar Danny Duck.
Menurut Danny lagi, murid-murid di Yao Ming Foundation berperilaku sangat baik, bersikap disiplin, dan menghargai setiap pelatihnya.
"Di Yao Ming Foundation, orang tua tidak boleh menunggu anaknya selama latihan," kata Danny.
Baca juga: Yao Ming dan Jack Ma Dapat Pengahargaan Partai Komunis China
Orangtua hanya boleh mengantarkan anaknya sampai tempat latihan, kemudian mereka harus pulang.
Semua murid, dalam pengamatan Danny, melahap latihan yang diberikan dengan serius dan tidak ada yang setengah hati.
Walaupun Yao Ming Foundation merupakan lembaga non-profit, keseriusan manajemennya patut diacungi jempol.
Para murid mendapatkan rapor.
"Jika ada kekurangan dalam catatan para pelatih, para murid harus memperbaiki," tutur Danny.
"Pada 2016, saya akhirnya kembali ke Indonesia," pungkas Danny Duck.