PARIS, KOMPAS.com - Aparat keamanan dan keehatan Perancis mendapat dua tantangan berkenaan dengan pandemi corona dan kemungkinan banyaknya suporter klub Paris Saint Germain (PSG) yang melanggar protokol kesehatan.
Klub PSG yang berbasis di ibu kota Perancis, Paris, bakal menorehkan sejarah baru di kompetisi sepak bola antar-klub Eropa.
Pada Minggu (23/8/2020), PSG akan bersua dengan klub asal Jerman, Bayern Muenchen di laga final Liga Champions 2019.
Partai penting itu terlaksana di Lisabon, ibu kota Portugal.
Kemenangan, bagi tim yang dihuni oleh pemain berbanderol mahal, Neymar dan Kyilan Mbappe adalah torehan sejarah tak terkirakan.
Jika menang, PSG adalah klub kedua Perancis yang menjadi jawara Liga Champions.
Termutakhir, klub Marseille, asal Perancis, menjadi juara Liga Champions pada 1993.
"Ini penantian 23 tahun," kata juru taktik PSG Thomas Tuchel.
Sementara, kemenangan bagi Bayern Muenchen juga penantian sejak 2013.
Meski, ketimbang PSG, Muenchen sudah lima kali menjadi jawara Liga Champions yakni pada 1974, 1975, 1976, 2001, dan 2013.
Kesehatan
Sementara itu, hingga kini, kata Menteri Dalam Negeri Perancis Gerald Darmanin, pandemi corona belumlah beranjak dari Perancis.
Meski pemerintah sudah menetapkan protokol kesehatan mulai penggunaan masker, kebiasaan cuci tangan dengan sabun pada air mengalir, serta kebijakan saling menjaga jarak, Darmanin mengakui adanya pelanggaran protokol itu jika dikaitkan dengan Liga Champions.
Darmanin mengatakan, saat PSG lolos ke final usai menumbangkan klub RB Leipzig, para suporter PSG bersuka ria di pusat kota Paris, kawasan Champ Elysees.
"Mereka tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak," kata Darmanin.