KOMPAS.com - Gelaran Olimpiade Rio 2016 menjadi puncak prestasi bagi Tontowi Ahmad. Berpasangan dengan Liliyana Natsir, Tontowi sukses meraih medali emas nomor ganda campuran cabang bulu tangkis pada pesta olahraga dunia empat tahunan tersebut.
Pelatih kepala ganda campuran PBSI, Richard Mainaky, mengatakan bahwa medali emas Olimpiade Rio 2016 merupakan momen terindah bagi dirinya bersama Tontowi dan Liliyana.
"Kenangan paling indah itu memang di Olimpiade, tetapi saya rasa sepaket dengan dua Kejuaraan Dunia tahun 2013 dan 2017 serta hattrick All England tahun 2012, 2013, dan 2014," ucap Richard, seperti dikutip dari laman BadmintonIndonesia.org, Selasa (19/5/2020).
"Olimpiade memang berkesan karena kan itu sempat tahun sekali," imbuhnya.
Baca juga: Ucapan Terima Kasih Tontowi Ahmad untuk Sang Pelatih dan Liliyana Natsir
Richard menuturkan, Tontowi dan Liliyana menghadapi tekanan besar dalam perjalanan menuju Olimpiade Rio 2016, termasuk permasalahan non-teknis di antara mereka.
Tekanan yang sama juga dirasakan oleh Richard sebagai pelatih. Bahkan ia sempat emosional pada suatu turnamen yang diikuti Tontowi/Liliyana.
"Tekanan menuju Olimpiade sangat besar. Jangankan pemain, saya sebagai pelatih juga merasakan tekanan dan sempat emosional di suatu turnamen," beber Richard.
"Jadi saat itu baik Owi (sapaan akrab Tontowi) maupun Butet (sapaan akrab Liliyana) sama-sama sensitif."
"Yang satu teledor, ditegur sama yang satu lagi. Yang satu merasa nggak terima, merasa kalau nggak ada saya kan dia juga nggak bisa juara."
Baca juga: Tontowi Ahmad Merasa Tidak Pantas Dibuatkan Acara Perpisahan Pensiun
"Hal-hal seperti ini yang sebetulnya masalahnya di komunikasi, karena sebetulnya mereka berdua kan punya tujuan yang sama," tandasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Richard mengusulkan agar ada psikolog yang menangangi Owi dan Butet.
"Saya sama Nova (Widianto) sudah coba ngomong sama mereka satu-satu, tapi hasilnya tidak terlalu bagus. Jadi saya ajukan ke Rexy (Mainaky) yang waktu itu jadi Kabid Binpres PBSI, agar ada psikolog yang menangani mereka," tutur Richard.
"Akhirnya ditugaskanlah Pak Rachman Widohardhono, psikolog PBSI, untuk menangani Owi/Butet," sambungnya.
"Dari situ digali dan mereka bicara banyak, sudah mulai ada pengertian, ada komitmen sehingga ada jalan," ucap Richard.
Baca juga: Liliyana Natsir: Tak Akan Ada Lagi Teriakan untuk Tontowi di Istora
Usaha Richard untuk tetap menjaga kekompakan Owi/Butet menjelang Olimpiade Rio 2016 akhirnya membuahkan hasil manis.
Mereka sukses mempersembahkan medali emas untuk Indonesia seusai mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, pada partai final nomor ganda campuran.
Keberhasilan menyabet medali emas Olimpiade Rio 2016 pun menjadi puncak prestasi Tontowi bersama Liliyana.
Seperti diketahui, Tontowi Ahmad baru saja menyatakan pensiun dari dunia bulu tangkis pada Senin (18/5/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.