KOMPAS.com - Terdapat satu kata yang membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa tampil maksimal pada Olimpiade Rio Brasil 2016 dan membawa pulang medali emas.
Seperti diketahui, perjalanan Tontowi/Liliyana untuk bisa meraih medali emas Olimpiade Rio 2016 terbilang sangat tidak mudah.
Masalah non-teknis seperti kekompakan, kepercayaan, dan komunikasi satu sama lain sempat dialami Tontowi/Liliyana sebelum terbang ke Brasil.
Sebelum ke Brasil, Tontowi/Liliyana sudah pernah sekali tampil bersama di Olimpiade saat London menjadi tuan rumah edisi 2012.
Hasilnya, pasangan yang akrab disapa Owi/Butet itu gagal total meski sudah melaju hingga ke semifinal.
Baca juga: Tontowi Ahmad Gantung Raket, Liliyana Natsir Beri Pesan Menyentuh
Gagal di Olimpiade 2012 dikabarkan membuat Owi/Butet tertekan secara psikologis.
Pasalnya, Owi/Butet saat itu sangat diandalkan Indonesia karena punya bekal juara All England 2012.
Owi/Butet kemudian berhasil bangkit sepanjang 2013 dengan mempertahankan All England, menjadi juara dunia, dan meraih sejumlah gelar super series.
Namun, performa keduanya mengalami penurunan pada akhir 2014 meski berhasil mempertahankan gelar All England untuk kali ketiga.
Puncaknya, pada 2015 Owi/Butet gagal meraih satu pun gelar super series dengan enam di antaranya digagalkan oleh rival terberat mereka, Zhang Nan/Zhao Yunlei (China).
Baca juga: Tontowi Ahmad Ungkap Alasan Gantung Raket
Memasuki 2016, performa mereka belum juga membaik.
Menjelang Olimpiade, Tontowi/Liliyana hanya berhasil meraih satu gelar juara super series, yakni Malaysia Open.
Hasil tersebut tentu membuat banyak orang kehilangan kepercayaan dan meragukan Owi/Butet bisa membawa pulang medali emas Olimpiade Rio 2016.
Owi/Butet juga dikabarkan masih terbayang-bayang kegagalan di London dalam perjalanan menuju Olimpiade Rio 2016.
Baca juga: Andai Liliyana Natsir Tidak Pensiun, Tontowi Ahmad Mungkin Masih Main
Pelatih kepala ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky, mengakui Owi/Butet sempat tidak percaya diri sebelum berangkat ke Brasil.