"Kami kurang lebih mengerti apa yang terjadi," ujar Shevchenko. "Namun, kami tak langsung diberitahu. Semuanya diselubungi rahasia."
Baca juga: Fabrizio Ravanelli Kenang Talenta Hilang Juventus yang Meninggal 25 Tahun Silam
Setelah menghabiskan beberapa bulan di dekat laut, Shevchenko akhirnya kembali ke Kiev. Ia sempat tak berkembang di Dynamo sehingga hampir mengikuti keinginan sang ayah untuk bergabung ke dunia militer.
Akan tetapi, pelatih Shevchenko menghampiri kediaman mereka dan meyakinkan Shevchenko senior agar anaknya tetap bersama Dynamo.
Wladimir dan Vitali Klitschko
Sama seperti Shevchenko, Klitschko bersaudara berasal dari keluarga militer. Ayah kedua petarung sukses ini merupakan seorang kolonel di Angkatan Udara Soviet.
Mereka tinggal di bandara militer dan keduanya terbiasa untuk mengikuti latihan jikalau Amerika Serikat meluncurkan serangan nuklir. Saat bencana Chernobyl terjadi, mereka melihat orang-orang berlarian mengenakan baju hazmat dan menyemprot kendaraan dengan bahan kimia.
"Tentu saja ada sesuatu buruk yang terjadi," tutur Wladimir Klitschko yang ketika itu baru berumur 10 tahun. "Namun, saya tahu ini bukan serangan Amerika".
Wladimir dan teman-teman sekolahnya dievakuasi ke Laut Hitam selama empat bulan dengan hanya membawa baju yang mereka pakai.
Baca juga: Kisah di Tengah Virus Corona, Terinfeksi hingga Disebut Momen Chernobyl
"Semenjak awal, pemerintah berusaha menutup apa yang terjadi dan berupaya meringankan situasi," tutur sang ayah, yang juga bernama Wladimir, beberapa tahun silam.
Klitschko senior merupakan salah satu komandan yang bertugas dalam operasi pembersihan bencana Chernobyl.
"Kami mendapat kesan bahwa kondisi tidak serius. Mereka yang dapat meninggalkan Kiev harus mengambil kesempatan itu tetapi seorang prajurit harus melakukan tugasnya."
Klitschko senior meninggal pada 2011 karena kanker. "Kombinasi semuanya, leukemia, limfoma, dan kanker perut," tutur Wladimir. "Radiasi masuk ke tulang-tulangnya. Tim dokter mengatakan ini adalah Chernobyl."
Stiliyan Petrov
Mantan pemain Aston Villa, Stiliyan Petrov, tinggal di Bulgaria, hampir 1000 kilometer dari Reaktor Nomor 4 saat meledak. Saat itu, ia masih berusia 6 tahun.
Akan tetapi, pada Maret 2012, pria yang ketika itu menjabat sebagai kapten Villa didiagonis dengan leukemia akut.
Tim dokter timnas Bulgaria percaya bahwa Petrov menderita penyakit tersebut karena terpapar radiasi dari Chernobyl dan kegagalan pemerintah Komunis ketika itu untuk memberi peringatan kepada warga mereka.
"Kejadian ini terjadi pada akhir musim semi saat banyak sayuran dan makanan lain memasuki musim panen. Akan tetapi, mereka memakan radias," tutur Michael Iliev, yang merawat Petrov selama hampir 14 tahun.
"Banyak anak kecil menderita kanker seperti ini. Kami menjuluki mereka 'Anak-anak Chernobyl'. Kebanyakan lahir di region sama seperti Stiliyan."
Petrov pensiun dari sepak bola pada Mei 2013 dengan ia menghabiskan setahun terakhir karier profesionalnya untuk melawan penyakit tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.