KOMPAS.com - Bencana Chernobyl terjadi tepat hari ini 33 tahun silam. Beberapa atlet papan atas menjadi penyintas salah satu kecelakaan reaktor nuklir terparah sepanjang sejarah manusia tersebut.
Bencana Chernobyl terjadi pukul 01.23 dini hari waktu lokal pada 26 April 1986.
Kecelakaan tersebut dimulai saat pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl dekat kota Pripyat mengadakan simulasi keamanan di reaktor nomor 4.
Namun, situasi menjadi tidak terkendali karena berbagai faktor saling menimpa, termasuk kesalahan di desain reaktor dan ketidak siapan kru yang bertugas.
Lebih dari 65.000 orang dievakuasi dari daerah sekitar kota Pripyat.
Menurut laporan resmi, sebanyak 31 orang meninggal karena terpapar secara langsung terhadap kecelakaan tersebut dalam jangka waktu tiga bulan setelah kecelakaan.
Hampir semua dari mereka adalah pekerja di pembangkit listrik dan para responder pertama.
Namun, PBB melaporkan sebanyak 4000 kematian akibat kanker dilaporkan di populasi luas akibat terpapar radiasi tidak langsung.
Terlebih, angka kematian pasti di antara sekitar 600.000 orang lebih yang bertindak sebagai kru pembersihan atau "Liquidators" tidak pernah diketahui pasti dan terus diperdebatkan.
Sebagai contoh, di Ukraina angka kematian di antara mereka meningkat dari 3,5 per orang menjadi 17,5 per orang antara 1988 dan 2012.
Beberapa atlet terkenal pun turut menjadi penyintas bencana tersebut. Berikut adalah tiga yang paling terkenal, seperti dikutip dari New York Times:
Andriy Shevchenko
Andriy Shevchenko bergabung bersama tim akademi tim terbaik di Ukraina, Dynamo Kyv, pada Maret 1986. Namun, hanya sebulan setelah itu, Chernobyl meledak.
Sheva, yang baru berusia 9 tahun, dan rekan-rekan sekolahnya terpaksa mengungsi ke selatan Ukraina, dekat Laut Azov.
Ayah Shevchenko merupakan seorang teknisi di sebuah regimen tank Soviet sehingga sedikit memahami keseriusan insiden yang terjadi.
"Kami kurang lebih mengerti apa yang terjadi," ujar Shevchenko. "Namun, kami tak langsung diberitahu. Semuanya diselubungi rahasia."
Setelah menghabiskan beberapa bulan di dekat laut, Shevchenko akhirnya kembali ke Kiev. Ia sempat tak berkembang di Dynamo sehingga hampir mengikuti keinginan sang ayah untuk bergabung ke dunia militer.
Akan tetapi, pelatih Shevchenko menghampiri kediaman mereka dan meyakinkan Shevchenko senior agar anaknya tetap bersama Dynamo.
Wladimir dan Vitali Klitschko
Sama seperti Shevchenko, Klitschko bersaudara berasal dari keluarga militer. Ayah kedua petarung sukses ini merupakan seorang kolonel di Angkatan Udara Soviet.
Mereka tinggal di bandara militer dan keduanya terbiasa untuk mengikuti latihan jikalau Amerika Serikat meluncurkan serangan nuklir. Saat bencana Chernobyl terjadi, mereka melihat orang-orang berlarian mengenakan baju hazmat dan menyemprot kendaraan dengan bahan kimia.
"Tentu saja ada sesuatu buruk yang terjadi," tutur Wladimir Klitschko yang ketika itu baru berumur 10 tahun. "Namun, saya tahu ini bukan serangan Amerika".
Wladimir dan teman-teman sekolahnya dievakuasi ke Laut Hitam selama empat bulan dengan hanya membawa baju yang mereka pakai.
"Semenjak awal, pemerintah berusaha menutup apa yang terjadi dan berupaya meringankan situasi," tutur sang ayah, yang juga bernama Wladimir, beberapa tahun silam.
Klitschko senior merupakan salah satu komandan yang bertugas dalam operasi pembersihan bencana Chernobyl.
"Kami mendapat kesan bahwa kondisi tidak serius. Mereka yang dapat meninggalkan Kiev harus mengambil kesempatan itu tetapi seorang prajurit harus melakukan tugasnya."
Klitschko senior meninggal pada 2011 karena kanker. "Kombinasi semuanya, leukemia, limfoma, dan kanker perut," tutur Wladimir. "Radiasi masuk ke tulang-tulangnya. Tim dokter mengatakan ini adalah Chernobyl."
Stiliyan Petrov
Mantan pemain Aston Villa, Stiliyan Petrov, tinggal di Bulgaria, hampir 1000 kilometer dari Reaktor Nomor 4 saat meledak. Saat itu, ia masih berusia 6 tahun.
Akan tetapi, pada Maret 2012, pria yang ketika itu menjabat sebagai kapten Villa didiagonis dengan leukemia akut.
Tim dokter timnas Bulgaria percaya bahwa Petrov menderita penyakit tersebut karena terpapar radiasi dari Chernobyl dan kegagalan pemerintah Komunis ketika itu untuk memberi peringatan kepada warga mereka.
"Kejadian ini terjadi pada akhir musim semi saat banyak sayuran dan makanan lain memasuki musim panen. Akan tetapi, mereka memakan radias," tutur Michael Iliev, yang merawat Petrov selama hampir 14 tahun.
"Banyak anak kecil menderita kanker seperti ini. Kami menjuluki mereka 'Anak-anak Chernobyl'. Kebanyakan lahir di region sama seperti Stiliyan."
Petrov pensiun dari sepak bola pada Mei 2013 dengan ia menghabiskan setahun terakhir karier profesionalnya untuk melawan penyakit tersebut.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/04/26/12300018/shevchenko-dan-atlet-atlet-penyintas-bencana-chernobyl-26-april-1986