Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Eddy Roostopo: Mantan Atlet PON, Tetap Bertahan di Antara Busur dan Anak Panah

KOMPAS.com - Eddy Roostopo lahir dari keluarga pemanah. Hingga kini, mantan atlet peraih medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) XI 1985 di Jakarta itu tak bisa lepas dari dua hal yang sangat ia cintai, yaitu busur dan anak panah.

Darah pemanah memang mengalir dalam diri seorang Eddy Roostopo. Panahan adalah olahraga turun-temurun di keluarga pria yang akrab disapa Popop tersebut.

"Sebetulnya keluarga saya memang keluarga pemanah, dari kakek buyut, kakek saya, ayah saya itu semua pemanah," tutur Popop saat ditemui KOMPAS.com di kediamannya di dalam kompleks Taman Sriwedari, Solo, Senin (13/9/2021).

"Bahkan, pada PON pertama yang ada di Solo, ayah saya salah satu pesertanya."

Popop mengungkapkan, ia mulai belajar panahan usai lulus dari Sekolah Teknik Menengah (STM). Ia sempat bekerja di penebangan kayu di Kalimantan selama tiga bulan, sebelum kembali ke Solo dan menekuni panahan pada 1977, saat usianya 22 tahun.

"Saya mulai belajar panahan dan juga membuat busur, soalnya kakek saya juga pembuat busur panah. Karena saya dari keluarga pemanah, saya langsung tertarik (dengan panahan). Ada ikatan," kata Popop.

Popop belajar panahan di daerah Tawangmangu, Karanganyar, tempat ia menamatkan pendidikan dasar.

Lomba panahan pertama yang diikuti Eddy Roostopo adalah lomba panahan tradisional atau jemparingan menjelang 17 Agustus-an di Tawangmangu. Saat itu, dari 36 peserta, Popop menduduki peringkat paling buncit alias ke-36.

Sejak saat itu, Popop semakin rajin mengikuti lomba panah. Pada perlombaan tahun baru di Tawangmangu, ia berhasil menjadi juara pertama.

Pada Februari 1978, Popop mengikuti kejuaraan nasional panahan mewakili Kabupaten Karanganyar di Stadion Manahan. Ia pun sukses menduduki peringkat ketiga pada ajang tersebut.

Kemudian pada 1980, Popop kembali mengikuti kejuaraan nasional di Surabaya dan berhasil menyabet dua medali emas.

Ia lantas mengikuti beberapa lomba setelahnya, hingga masuk tim Jawa Tengah untuk bertanding pada PON X 1981 di Jakarta. Pada PON X, ia meraih satu medali perak dan satu perunggu.

"Saya masuk tim PON seleksi terus, dari Porda, Porprov, hingga Kejurnas. Setelah itu bergabung dengan tim PON. (Atlet panahan) saat itu dari Solo semua," kata Popop.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada PON XI 1985 di Jakarta, Eddy Roostopo mengukir prestasi terbaik dengan meraih satu medali emas, satu perak, dan dua perunggu.

Pada nomor panahan tradisional jarak 50 meter PON XI, bahkan Popop mampu memecahkan rekor PON.

Namun, PON XI 1985 di Jakarta menjadi keikutsertaan terakhir Eddy Roostopo di ajang Pekan Olahraga Nasional. Selepas PON XI, Popop meninggalkan panahan kategori target.

Adapun, saat itu ada dua kategori panahan yaitu panahan target (sasaran lingkaran) dan panahan tradisional yang menggunakan sasaran sejenis bandul.

Meski meninggalkan panahan target, Popop tetap menekuni panahan tradisional atau jemparingan, bahkan hingga saat ini.

"Sampai sekarang saya masih menggunakan itu, jemparingan. Kalau (panahan) target, sudah tidak," ujar Popop.

Alih profesi sebagai perajin panah

Popop tidak pernah memiliki rencana untuk menjadi perajin busur dan anak panah, pekerjaan yang ia tekuni saat ini.

Sebagai mantan atlet panahan dengan prestasi gemilang, nama Eddy Roostopo dikenal di berbagai daerah, khususnya di wilayah Surakarta dan sekitarnya.

Awalnya, ia hanya diminta bantuan oleh beberapa rekannya untuk membuatkan busur dan anak panah. Keahlian ini sudah ia dapatkan sejak masih muda, sebelum terjun sebagai atlet.

"Ada teman yang meminta (dibuatkan busur dan anak panah). Kalau sudah selesai ya sudah, paling cuma dikasih rokok. Itu saya sudah senang," kata dia.

Popop mulai menjual hasil karyanya berupa busur dan anak panah pada 2008. Namun, perjuangan keras harus ia lalui untuk memulai usahanya ini.

"Setelah saya off dari dunia panahan, saya memang lontang-lantung (tidak punya tujuan). Saya kemudian coba berbisnis menyewakan tanaman hias di kantor-kantor."

"Setiap hari sabtu, saya masukkan tanaman-tanaman itu ke kantor-kantor. Ada teman-teman yang meminta tolong untuk membuat busur, tetapi itu hanya sampingan," tutur Popop.

Usaha persewaan tanaman hias yang dirintis Popop menemui kendalan ketika Indonesia dihantam krisis moneter pada 1998.

"Saat itu saya kelabakan, terombang-ambing," kata dia.

Popop lalu mencoba bisnis lain, yaitu tata panggung berkat ajakan seorang teman. Namun, usaha ini ia tinggalkan setelah cucu pertamanya lahir.

Popop kemudian kembali ke dunia yang ia cintai, yaitu panahan. Bukan sebagai atlet, tetapi ia beralih profesi menjadi perajin busur dan anak panah untuk panahan tradisional.

"Ketika saya berdoa, saya berkata 'Tuhan tolong berikan saya pekerjaan yang sesuai dengan kebisaan saya'. Saya bisa membuat panah dan busur, kenapa tidak dimanfaatkan," tuturnya.

Pesanan yang datang ke Popop awalnya berasal dari mulut ke mulut. Ketika pesanan mulai banyak berdatangan, ia memberanikan diri mengajukan pinjaman ke bank untuk menambah modal.

"Saat ada banyak pesanan, saya ke bank (untuk mengajukan pinjaman). Saya dapat pinjaman waktu itu Rp 15 juta, saya belikan peralatan. Setelah itu, pesanan semakin banyak," ujar Popop.

Dalam membuat busur dan anak panah, Eddy Roostopo selalu menjaga kualitas.

Bambu yang digunakan sebagai tumpuan tali pelontar anak panah hanya menggunakan bambu jenis petung yang berusia 8 tahun. Sementara untuk pegangan busur, ia menggunakan kayu jenis sonokeling, sawo, dan tekik.

Popop menuturkan, semua orang bisa membuat busur panah. Namun, membuat busur panah yang sesuai dengan karakter pemakainya bukanlah pekerjaan mudah.

"Semua orang bisa membuat busur, tetapi kalau busur yang tepat dengan orangnya (pemakainya) itu tidak semua orang bisa. Karakter orang dan karakter busur harus sesuai," kata Popop.

Pesanan untuk Popop pun datang dari hampir seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Kalimantan, hingga Papua.

Soal harga, satu set senjata panah yang terdiri dari satu busur dan 12 anak panah rata-rata ia jual dengan harga Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Harga tersebut menyesuaikan spesifikasi, bahan, dan hasil akhir.

Dalam sebulan, Popop mengaku bisa menjual sekitar 40 busur. Namun, permintaan kini menurun di tengah pandemi Covid-19.

"Sebelum Covid-19, saya bisa menjual sekitar 40 busur dalam satu bulan. Tetapi selama Covid ini, paling-paling seminggu dua (busur). Satu bulan maksimal 10," ucapnya.

Meski kini usahanya turut terdampak pandemi Covid-19, Eddy Roostopo tak pernah putus asa. Tangan-tangan terampil Popop tetap tekun mengerjakan setiap pesanan busur dan anak panah yang ia terima.

Kecintaan Popop terhadap panahan khususnya jemparingan memang begitu besar. Tak hanya membuat busur dan anak panah, ia juga dengan senang hati melatih siapa saja yang ingin berlatih memanah.

"Saya ingin tetap melestarikan jemparingan, saya ingin menyebar virus jemparingan. Saya berharap, jemparingan bisa masuk ke PON lagi," kata Eddy Roostopo mengakhiri.

https://www.kompas.com/sports/read/2021/09/14/17000028/kisah-eddy-roostopo-mantan-atlet-pon-tetap-bertahan-di-antara-busur-dan

Terkini Lainnya

Hasil Borneo FC Vs Bali United 4-2, Pesut Etam Raih Peringkat 3 Championship Series Liga 1

Hasil Borneo FC Vs Bali United 4-2, Pesut Etam Raih Peringkat 3 Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Dortmund Vs Madrid: Mantra Ancelotti 'Lari, Lari, Lari!'

Dortmund Vs Madrid: Mantra Ancelotti "Lari, Lari, Lari!"

Liga Champions
HT Borneo FC Vs Bali United: Hujan 5 Gol, Pesut Etam Unggul 3-2

HT Borneo FC Vs Bali United: Hujan 5 Gol, Pesut Etam Unggul 3-2

Liga Indonesia
AC Milan Beri Kado 100 Juta buat Paulo Fonseca

AC Milan Beri Kado 100 Juta buat Paulo Fonseca

Liga Italia
Hasil Singapore Open 2024: Takluk dari Juara Dunia, Fikri/Bagas Tersingkir

Hasil Singapore Open 2024: Takluk dari Juara Dunia, Fikri/Bagas Tersingkir

Badminton
Gregoria Lolos ke 8 Besar Singapore Open, Bermain dengan Rasa Nyaman

Gregoria Lolos ke 8 Besar Singapore Open, Bermain dengan Rasa Nyaman

Badminton
Ginting Tersingkir di Singapore Open: Banyak Salah, Gagal Atasi Kendala

Ginting Tersingkir di Singapore Open: Banyak Salah, Gagal Atasi Kendala

Badminton
Link Live Streaming Borneo FC Vs Bali United, Kickoff 19.00 WIB

Link Live Streaming Borneo FC Vs Bali United, Kickoff 19.00 WIB

Liga Indonesia
Jadwal Siaran Langsung Madura United Vs Persib di Leg 2 Final Liga 1

Jadwal Siaran Langsung Madura United Vs Persib di Leg 2 Final Liga 1

Liga Indonesia
Daftar Nomine Penghargaan Liga 1 2024, Ciro Alves Masuk Dua Kategori

Daftar Nomine Penghargaan Liga 1 2024, Ciro Alves Masuk Dua Kategori

Liga Indonesia
Hasil Undian Piala AFF U16 2024: Indonesia di Grup A, Beda dengan Vietnam-Thailand

Hasil Undian Piala AFF U16 2024: Indonesia di Grup A, Beda dengan Vietnam-Thailand

Timnas Indonesia
Hasil Singapore Open 2024: Ginting Tak Berhasil Pertahankan Gelar

Hasil Singapore Open 2024: Ginting Tak Berhasil Pertahankan Gelar

Badminton
Tekad Justin Hubner bersama Garuda dan Cerezo Osaka, Ingin Maksimal

Tekad Justin Hubner bersama Garuda dan Cerezo Osaka, Ingin Maksimal

Timnas Indonesia
One Pride MMA 79 Bali, Duel Sembilan Fighter Indonesia Vs China

One Pride MMA 79 Bali, Duel Sembilan Fighter Indonesia Vs China

Sports
Dejan/Gloria Kandas di Singapore Open, Panik dan Kalah Start

Dejan/Gloria Kandas di Singapore Open, Panik dan Kalah Start

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke