Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Unsur-unsur Wayang

Kompas.com - 23/02/2023, 20:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Seni dalam memainkan wayang biasa disebut dengan pagelaran. Pagelaran merupakan suatu kombinasi yang harmonis dari berbagai unsur kesenian.

Pagelaran wayang menuntut adanya kerja sama yang baik antara unsur benda mati dengan unsur benda hidup (manusia).

Untuk unsur benda mati, yaitu sarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang pagelaran wayang. 

Sementara itu, unsur benda hidup (manusia) adalah orang yang mempunyai peran penuh dalam seni pagelaran wayang baik untuk wayang orang, wayang kulit, maupun wayang golek.

Unsur pendukung untuk pertunjukan wayang harus ada dan perannya saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Baca juga: Upaya Melestarikan Wayang sebagai Aset Negara Indonesia

Unsur-unsur itu di antaranya:

Cerita wayang

Disadur dari buku Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang (2020) oleh Kustopo menyebutkan, cerita wayang biasanya diangkat dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Berikut adalah penjelasannya:

  • Ramayana

Ramayana merupakan sebuah cerita epos yang berasal dari India hasil gubahan dari Walmiki atau Balmiki. Cerita Ramayana terdapat juga dalam khazanah sastra Jawa yang dikenal dengan bentuk Kakawin Ramayana.

Terdapat juga gubahan-gubahannya dari cerita Ramayana ini dalam bahasa Jawa yang tidak semuanya sama dengan kakawin ini.

  • Mahabharata

Mahabharata merupakan sebuah hasil karya sastra kuno yang ditulis oleh Begawan Byasa yang berasal dari India.

Kisah Mahabharata ini terdiri dari 18 kitab, sehingga disebut juga Astadasaparwa (Asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab).

Akan tetapi, ada sejarawan yang mempunyai pemikiran bahwa kisah tersebut merupakan kumpulan dari beberapa kisah yang awalnya terpisah-pisah, kemudian dijadikan satu mulai abad ke-4 sebelum Masehi. 

Dalam kisah Mahabarata menceritakan sebuah konflik yang terjadi antara Pandawa dengan saudara sepupunya, Kurawa yang berjumlah 100 orang.

Konflik tersebut berkaitan dengan sengketa hak pemerintahan di Kerajaan Astina. Puncak konflik tersebut adalah perang Bharatayuda yang terjadi di Medan Kurusetra. Perang tersebut berlangsung selama 18 hari.

Baca juga: Jenis-jenis Wayang yang Populer di Indonesia

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kethoprak sebagai Drama Tradisional dan Modern

Kethoprak sebagai Drama Tradisional dan Modern

Skola
Cara Mengapresiasi Pementasan Drama Jawa

Cara Mengapresiasi Pementasan Drama Jawa

Skola
10 Jenis Drama Jawa

10 Jenis Drama Jawa

Skola
Pentingnya Tata Iringan dan Tata Suara Drama Jawa

Pentingnya Tata Iringan dan Tata Suara Drama Jawa

Skola
Istilah 'Sandiwara' dalam Bahasa Jawa

Istilah 'Sandiwara' dalam Bahasa Jawa

Skola
Teks Anekdot Bahasa Jawa: Pengertian, Struktur dan Contoh

Teks Anekdot Bahasa Jawa: Pengertian, Struktur dan Contoh

Skola
Fungsi Keprakan dan Dhodhogan pada Pergelaran Wayang Golek

Fungsi Keprakan dan Dhodhogan pada Pergelaran Wayang Golek

Skola
Deiksis Bahasa Jawa: Pengertian dan Contoh

Deiksis Bahasa Jawa: Pengertian dan Contoh

Skola
Kata Bahasa Jawa yang Sering Digunakan

Kata Bahasa Jawa yang Sering Digunakan

Skola
Rancu Pikir dalam Bahasa Jawa

Rancu Pikir dalam Bahasa Jawa

Skola
Bentuk Pronomina Persona dalam Bahasa Jawa

Bentuk Pronomina Persona dalam Bahasa Jawa

Skola
Kata Ganti Orang Kedua Tunggal Bahasa Jawa

Kata Ganti Orang Kedua Tunggal Bahasa Jawa

Skola
Makna Filosofis Wayang Kulit sebagai Media Dakwah

Makna Filosofis Wayang Kulit sebagai Media Dakwah

Skola
Organel Sel yang Dimiliki Paramecium sp

Organel Sel yang Dimiliki Paramecium sp

Skola
Sifat Bayangan yang Terbentuk pada Kamera

Sifat Bayangan yang Terbentuk pada Kamera

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com