Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Tari merupakan salah satu keragaman dan kekayaan budaya di Indonesia.
Tari memiliki ciri khas tertentu, mulai dari jenis, macam, bentuk, karakter, pakaian adat, aksesoris, dan perlengkapan yang dapat menunjang suatu identitas daerah.
Seperti halnya provinsi Aceh yang memiliki produk budaya seni tari tradisional Aceh. Tari tradisional Aceh berkembang secara turun temurun dan menjadikannya semacam identitas budaya bagi masyarakat Aceh.
Ragam jenis tari tradisional Aceh di antaranya adalah Tari Saman Meuseukat, Tari Likok Pulo Aceh, Tari Laweut, Tari PHO, Tari Seudati, Tari Rencong, Tari Ratoh Duek, Tari Guel, Rapai Geleng, dan Tari Tarek Pukat.
Berikut penjelasannya:
Baca juga: Tari Tradisional: Definisi, Ciri-Ciri, Keunikan, dan Fungsinya
Tari saman merupakan salah satu tarian tradisional Aceh yang berasal dari suku Gayo. Tari saman merupakan hasil karya dari seorang yang bernama Syekh Saman.
Gerakan tangan dan syair yang diciptakan berupa tepuk tangan, tepukan dada, tepukan di atas lutut, dan mengangkat tangan ke atas secara bergantian.
Penari tari Saman akan mengenakan pakaian khusus berwarna-warni. Selama tari saman dipentaskan, penari akan membentuk format pola lantai yang khas. Dalam melakukan tarian, penari harus berbaris membentuk garis lurus ke samping.
Makna dari tari Saman adalah manusia merupakan makhluk sosial sehingga membutuhkan manusia lain.
Pola duduk dengan kaki yang bertumpu seperti duduk di antara dua sujud juga melambangkan umat Islam yang sedang membentuk saf ketika sedang melakukan salat.
Baca juga: Tari Saman, Tarian Tradisional Khas Aceh
Tari likok Pulo lahir pada tahun 1849 diciptakan oleh ulama tua dari Arab yang terdampar di pulau Aceh yang bernama Syekh Ahmad Badron.
Secara bahasa, tarian tradisional Aceh ini berasal dari dua kata, yakni 'likok' yang bermakna gerak tari, dan 'pulo' yang berarti pulau.
Pulau yang dimaksud adalah sebuah pulau kecil yang terdapat di ujung pelosok utara pulau Sumatra yang kerap disebut sebagai pulau beras (Breuh).