Pembentukan lereng dan tebing terjal sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Tidak hanya menghasilkan oksigen, hutan juga berperan penting untuk mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsor.
Karena itu, hutan yang gundul akibat penebangan, berisiko lebih tinggi mengalami erosi dan tanah longsor.
Erosi terjadi akibat pengikisan air sungai atau laut ke arah tebing. Tanpa tumbuhan, tanah yang terkena erosi akan lebih cepat mengalami longsor.
Jika permukaan air danau atau bendungan susut secara cepat, gaya penahan pada tanah akan hilang. Akibatnya, tanah akan retak dan berpotensi mengalami longsor.
Kondisi ini kian diperparah jika kemiringan bendungannya mencapai 220º.
Baca juga: Saran agar Tidak Terjadi Tanah Longsor
Lahan pertanian di lereng dapat berpotensi menimbulkan longsor. Karena jenis bibit yang ditanam umumnya tidak berakar kuat untuk mengikat bulir tanah.
Ditambah penataan lahan perkebunan yang buruk dan genangan di air pada petak pertanian, kian memperbesar risiko longsor.
Setelah erupsi, gunung berapi biasanya meninggalkan batuan endapan dan sedimen yang merupakan campuran kerikil, batu lempung, dan pasir.
Material tersebut umumnya kurang kuat dan mudah sekali mengalami pelapukan, sehingga mudah terjadi longsor.
Dalam proyek pembangunan dan perluasan area, biasanya dilakukan proses pemotongan tebing dan tanah sisa yang akan ditumpuk di lembah.
Tanah tersebut biasanya belum padat sempurna, sehingga mudah sekali terjadi longsor saat diguyur hujan lebat.
Baca juga: Penyebab Tanah Longsor
Jalan raya yang umumnya dibangun di pinggir lereng akan mendapat tekanan besar dari kendaraan dalam waktu lama.
Apabila dibiarkan, tekanan tersebut dapat memperbesar gaya dorong tanah, hingga akhirnya menyebabkan tanah longsor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.