Make up dan fashion tidak ada hubungannya dengan maskulinitas, melainkan wujud dedikasi tinggi kepada diri sendiri.
Toxic masculinity ini akan mengganggu kesehatan mental laki-laki karena hal ini dapat membatasi definisi sifat seorang laki-laki dan mengekang pertumbuhannya dalam bermasyarakat.
Pembatasan sifat ini akan memberikan beban terhadap laki-laki yang dianggap tidak memenuhi standar maskulinitas.
Apabila seorang laki-laki dibesarkan melalui pandangan sempit toxic masculinity, mereka hanya akan merasa diterima masyarakat jika sudah memenuhi standar maskulinitas yang berlebihan.
Hal ini dapat memicu gangguan kesehatan mental seperti:
- Seorang laki-laki lebih memilih untuk memendam emosinya daripada meminta pertolongan
- Seorang laki-laki lebih rentan mengidap depresi
- Seorang laki-laki rentan mendapatkan trauma psikologis
- Seorang laki-laki lebih rentan untuk bunuh diri
Baca juga: Teori Dramatisme: Pengertian, Asumsi, dan Retorika
Mencegah toxic masculinity
Terdapat beberapa cara untuk mencegah toxic masculinity, yaitu:
- Menyebarkan fakta mengenai gender
- Membatasi penggunaan kata-kata "laki-laki tidak boleh menangis" atau "bersikaplah layaknya laki-laki" karena hal tersebut dapat memengaruhi psikologis anak ketika dewasa
- Sering melakukan diskusi mengenai maskulinitas, baik di lingkungan rumah maupun sekolah
- Mengikuti organisasi yang bergerak mengenai gender.
- Ikut andil dalam memerangi toxic masculinity dengan melakukan sharing atau pengajaran melalui media sosial.
- Hati-hati dalam membrikan media hiburan pada anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.