KOMPAS.com - Epidemi Covid-19 sudah melalui beberapa tahap, yaitu dari wabah lokal, penularan masyarakat, hingga kini sebagai epidemik dan pandemi (tersebar luas).
Dilansir dalam buku Panduan Pencegahan Coronavirus (2020) karya Wang Zhou, pada tahap awal epidemi tersebut memakan inkubasi rata-rata adalah 5,2 hari.
Waktu penggandaan epidemi adalah 7,4 hari yaitu jumlah orang yang terinfeksi berlipat dua dalam 7,4 hari. Rata-rata interval kontinunya adalah 7,5 hari.
Regeneration index dasarnya diperkirakan 2,2-3,8. Artinya rata-rata pasien menularkan kepada 2,2-3,8 orang lain.
Pada tahap penularan, epidemi Covid-19 melalui tiga tahapan, sebagai berikut:
Tahap wabah lokal, pada tahal ini kebanyakan terkait pada paparan pasar seafood.
Tahap penularan masyarakat, penularan interpersonal dan terklusternya penularan dalam masyarakat dan keluarga.
Tahap tersebar luas, penyebaran yang cepat dengan populasi yang luas hingga seluruh dunia.
Baca juga: Pasien Sembuh Covid-19 Terus Bertambah, Wali Kota Jakbar Imbau Warga Tetap di Rumah
Novel coronavirus atau Covid-19 baru saja muncul pada manusia. Sehingga secara umum, masyarakat rentan terhadap virus tersebut karena belum memiliki kekebalannya.
Covid-19 dapat menginfeksi individu dengan kekebalan normal atau terganggu. Jumlah paparan virus juga menentukan apakah Anda terinfeksi atau tidak.
Jika terpapar virus dalam jumlah yang besar, seseorang akan jatuh sakit meskipun secara fungsi kekebalan tubuh normal.
Untuk beberapa orang dengan fungsi kekebalan yang buruk, seperti orangtua, ibu hamil, atau orang dengan gangguan hati atau ginjal, penyakit ini akan berkembang sangat cepat dalam tubuh. Selain itu memberikan reaksi yang cepat dan gejala lebih buruk.
Faktor dominan apakah seseorang terinfeksi atau tidak adalah peluang untuk terpapar virus tersebut.
Sehingga seseorang yang memiliki kekebalan lebih belum tentu tidak be
risiko untuk terinfeksi.
Sampai saat ini, studi mengatakan bahwa penularan utama Covid-19 melalui percikan pernapasan dan kontak.
Namun, terdapat risiko penularan fecal oral. Kemudian penularan aerosol, ibu ke anak, dan rute lainnya belum terkonfirmasi.
Berikut penjelasannya:
Penularan ini adalah cara utama penularan kontak langsung. Virus ditularkan melalui percikan yang muncul saat pasien batuk, bersin, atau bicara dan orang-orang yang rentan mungkin terinfeksi setelah menghirup percikan-percikan tersebut.
Virus ini bisa ditularkan melalui kontak tidak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Percikan yang mengandung virus tersimpan di permukaan suatu benda, yang juga disentuh oleh tangan.
Virus dari tangan yang terkontaminasi bisa terbawa ke saluran mukosa di mulut, hidung, dan mata orang tersebut. Sehingga orang yang memegang benda terkontaminasi virus menjadi sakit.
Baca juga: Apa itu Penyakit Menular?
Virus corona yang masih hidup terdeteksi dari tinja pasien terkonfirmasi, sehingga kemungkinan adanya penularan fecal-oral.
Ketika percikan bertahan di udara dan kehilangan kandungan air, pantogen tertinggal dan membentuk inti percikan.
Aerosol ini dapat terbang ke lokasi yang jauh, mengakibatkan penularan jarak jauh. Penularan inilah yang disebut aerosol.
Namun, sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukkan Covid-19 dapat ditularkam melalui aerosol.
Anak dari ibu yang terjangkit Covid-19 terkonfirmasi memiliki hasil positif ketika dilakukan tes usap tenggorokan 30 jam setelah lahir.
Hal ini menandakan bahwa Covid-19 mungkin bisa menyebabkan infeksi neonatal melalui penularan ibu ke anak. Tetapi penelitian dan bukti sains masih diperlukan untuk mengonfirmasi rute ini.
Baca juga: Sel Darah Tubuh dan Jenisnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.