Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marshall Plan: Latar Belakang, Tujuan, dan Dampaknya

Kompas.com - 24/02/2020, 20:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - Perang Dunia II yang berakhir pada 1945 meninggalkan kerusakan besar di berbagai belahan dunia.

Kota yang porak-poranda akibat perang, membangun kembali puing-puing reruntuhan berkat adanya Marshall Plan dari Amerika Serikat.

Tahukah kamu apa Marshall Plan itu? Benarkah tujuannya untuk membantu negara lain? Berikut sekelumit soal Marshall Plan seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica dan History:

Latar belakang Marshall Plan

Marshall Plan adalah bantuan ekonomi yang diberikan Amerika Serikat ke negara-negara yang hancur akibat Perang Dunia II.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat George C MarshallU.S. Department of Defense Menteri Luar Negeri Amerika Serikat George C Marshall
Usulan ini pertama dicetuskan oleh Menteri Luar Negeri AS George C Marshall.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: AS Bangun Kembali Eropa Lewat Marshall Plan

Pada 5 Juni 1947, Marshall menyerukan bantuan bagi Eropa dalam pidatonya di Universitas Harvard.

"Sejujurnya Eropa membutuhkan bantuan makanan dari luar negeri selama tiga sampai empat tahun ke depan, khususnya dari Amerika. Kebutuhan ini lebih besar dari kemampuannya," ujar Marshall.

Dia mengusulkan agar negara-negara Eropa merancang program perbaikan ekonominya yang nantinya akan dibantu Amerika Serikat.

Pada pertengahan Juni 1947, Inggris dan Perancis mengundang negara-negara Eropa ke Paris untuk membicarakan rencana pemulihan ekonomi bersama.

Uni Soviet menolak hadir. Demikian pula Hungaria, Cekoslovakia, dan Polandia yang sudah di bawah pengaruh Negara Tirai Besi.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin, Pendiri Uni Soviet

Hasil pertemuan di Paris itu kemudian dibawa Komite Kerjasama Ekonomi Eropa (CEEC) ke Kongres AS.

Kongres AS meloloskan Undang-undang Kerja Sama Ekonomi pada 2 April 1948. Kemudian ada 3 April 1948, Presiden AS Harry S Truman menandatangani undang-undang itu.

Tujuan Marshall Plan

Di bawah Marshall Plan ini, Badan Kerjasama Ekonomi (ECA) menggelontorkan dana 13 miliar dolar AS selama 1948-1951.

Marshall Plan awalnya dijadwalkan baru berakhir pada 1953, tetapi upaya untuk memperpanjang kebijakan ini gagal karena biaya Perang Korea yang terus bertambah.

Dalam apa yang disebut sebagai Doktrin Truman, dia meminta Kongres menyetujui pemberian bantuan untuk Yunani dan Turki yang sedang dalam tekanan Uni Soviet dan komunisme pada 1947.

Baca juga: Seputar G30S/ PKI (2): Apa Sih Bedanya PKI, Sosialisme, Komunisme, Marxisme, dan Leninisme?

Sebagian besar dana itu diberikan berupa hibah dan sisanya adalah pinjaman lunak jangka panjang.

Sebanyak 17 negara di wilayah barat dan selatan Eropa yaitu:

  • Inggris
  • Austria
  • Belgia
  • Belanda
  • Denmark
  • Perancis
  • Swedia
  • Islandia
  • Irlandia
  • Yunani
  • Italia
  • Luksemburg
  • Norwegia
  • Swiss
  • Turki
  • Jerman Barat

Langkah ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan industri Eropa serta menghidupkan kembali industri kimia, permesinan, dan baja.

Baca juga: Perang Dingin: Faktor, Persaingan, dan Dampaknya

Namun utamanya, Marshall Plan bertujuan untuk menguatkan pengaruh AS ke negara-negara Blok Barat.

Saat itu, Amerika Serikat menghadapi Perang Dingin. Perang Dingin adalah persaingan ideologi AS melawan Uni Soviet dan pengaruh komunismenya.

Dampak Marshall Plan

Bantuan dari AS ini nampaknya langsung memberi dampak positif dengan peningkatan produk bruto negara-negara penerima bantuan sebanyak 15-25 persen.

Pada kurun waktu 1948-1952, perekonomian Eropa melonjak dan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.

Sektor industri melonjak hingga 35 persen, sedangkan sektor pertanian melampau hasil produksi di masa sebelum perang.

Baca juga: Daftar Negara di Eropa dan Ibu Kotanya

Di sisi politik, bantuan AS lewat Marshall Plan ini membuat Eropa Barat tak perlu berhemat untuk biaya kesejahteraan rakyat dan hal ini kemudian membawa stabilitas politik.

Alhasil, pengaruh komunis di Eropa Barat menurun drastis dan popularitas partai komunis di beberapa negara Eropa juga semakin menurun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com