Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Jenis Retorika Menurut Aristoteles

KOMPAS.com – Pada masa Aristoteles, seorang filsuf yang terkenal, aktivitas berbicara banyak diperlukan dalam berbagai bidang dengan materi pembicaraan yang beragam.

Aristoteles mengemukakan situasi berbicara yang berbeda untuk dipertimbangkan oleh para warga ketika bercakap tentang keuangan, perdagangan, perang, dan pembelaan negara. Ia pun membahas mengenai tiga jenis retorika.

Retorika dapat diartikan sebagai alat-alat persuasi yang tersedia. Retorika adalah keterampilan berbahasa secara efektif. Selain itu, retorika juga merupakan seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis. 

Apa saja jenis-jenis retorika?

Jenis-jenis retorika adalah retorika forensik, retorika epideiktik, dan retorika deliberatif.

Ketiga jenis retorika tersebut merujuk pada tiga periode waktu yang berbeda. Retorika forensik merujuk pada masa lalu, retorika epideiktik merujuk pada masa sekarang, serta retorika deliberatif merujuk pada masa depan.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga jenis retorika menurut Aristoteles:

Retorika forensik (forensic rethoric)

Retorika forensik adalah jenis retorika yang berkaitan dengan keadaan di mana pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Retorika forensik sering juga disebut pidato yudisial.

Retorika forensik, atau pidato yudisial, secara khusus merujuk pada berbicara di dalam pengadilan yang bertujuan untuk menimbulkan rasa bersalah atau tidak bersalah.

Pembicaraan forensik memerlukan adanya fokus terhadap argumen-argumen yang menyentuh psikis para hakim, termasuk keyakinan mengapa seorang penjahat berbuat sebagaimana yang sudah mereka perbuat dan jenis situasi apa yang mendorong orang untuk melanggar hukum.

Retorika forensik kerap kali bergantung pada perilaku sebelumnya karena tindakan masa lalu kerap kali mengindikasikan perilakunya pada masa terkini. Karakter seseorang sangat penting pada retorika forensik.

Retorika epideiktik (epideictic rethoric)

Retorika epideiktik merupakan wacana yang berhubungan dengan tuduhan. Retorika epideiktik adalah jenis retorika yang berkaitan dengan memuji atau menyalahkan.

Retorika epideiktik juga dapat disebut pidato seremonial. Pidato ini biasanya berfokus pada isu-isu sosial karena membuat orang-orang tertarik.

Retorika epideiktik tidak bisa dipisahkan dari ethos. Dengan memahami kebutuhan untuk memuji atau menyalahkan, para pembicara epideiktik memahami pentingnya karakter mereka sendiri.

Misalnya, pidato yang mengkritik kondisi rumah tahanan mungkin tak akan mempunyai dampak mendalam terhadap khalayaknya apabila pembicara tersebut sedang tinggal di tempat tahanan sehubungan dengan tindakan yang dilakukan.

Pembicara epideiktik harus bisa mengaitkan kebajikan dalam topik terhadap khalayak yang beragam. Bagi Aristoteles, kebajikan tertinggi adalah keberanian dan keadilan. Namun, kebajikan didefinisikan sesuai dengan hukum yang berlaku di suatu negara.

Retorika deliberatif (deliberative rhetoric)

Retorika deliberatif adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus diambil oleh khalayak. Retorika deliberatif disebut juga sebagai retorika politis.

Retorika deliberatif merujuk pada saat pembicara harus menentukan tindakan yang harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh dilakukan.

Retorika ini layak memperoleh perhatian karena mempunyai potensi untuk menghasilkan paling banyak perubahan di dalam diri khalayak.

Retorika deliberatif dihubungkan dengan masa depan, apa yang akan dipikirkan atau dilakukan khalayak sebagai akibat dari usaha-usaha pembicara.

Para pembicara harus ahli dalam memahami dan menyesuaikan pemikirannya dengan khalayak.

Diperlukan kesiapan bagi pembicara deliberatif untuk mempertimbangkan topik yang relevan dengan khalayak dan yang berhubungan secara personal dengan dirinya sendiri.

Daftar-daftar topik deliberatif pada masa kini mungkin akan mencakup asuransi kesehatan, hubungan, pajak, pendidikan, serta kesejahteraan pribadi.

Pembicara deliberatif dapat mencoba untuk menarik minat dalam topik-topik tersebut. Ketika telah mendapatkan minat, pembicara tersebut dapat melihat bahwa pendengar akan lebih mudah untuk dibujuk.

Referensi:

  • West, R. & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Maer, M. N. D., Penerjemah). Penerbit Salemba Humanika.
  • Dinora, A. G. & Al-ahmed, S. (2020). Logika Kritis Filsuf Klasik: Dari Era Pra-Socrates hingga Aristoteles. Anak Hebat Indonesia.

https://www.kompas.com/skola/read/2023/12/15/050000269/3-jenis-retorika-menurut-aristoteles

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke