Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Prinsip Komunikasi Antarbudaya

KOMPAS.com – Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang dengan kebudayaan yang berbeda.

Apa saja prinsip dalam komunikasi antarbudaya? Prinsip komunikasi antarbudaya sebagai berikut:

Relativitas bahasa

Para antropologis linguistik banyak menyuarakan gagasan umum bahwa bahasa memberikan pengaruh terhadap pemikiran dan perilaku.

Karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, maka dapat dikatakan orang dengan bahasa berbeda juga dapat berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang duna.

Untuk suatu obyek tertentu, bahasa mempunyai sifat yang relatif dan tidak mutlak.

Artinya, dalam kondisi ruang dan waktu bahasa sifatnya relatif karena tidak berlaku untuk makna yang sama. Misalnya, kata “siap” dapat dimaknai sebagai sudah selesai, oke, akan dimulai, dan sebagainya.

Dengan komunikasi antarbudaya, kita dapat mengenali identitas dan latar belakang komunikator melalui cara penyampaian bahasa dan pesan.

Meskipun komunikator tidak mengatakan dari mana ia berasal, namun melalui aksen bahasa yang ia gunakan, kita dapat dengan mudah mengenalinya. Contohnya, aksen Jawa, Sunda, Batak, dan lain-lain.

Bahasa sebagai cermin budaya

Bahasa mencerminkan budaya. Bahasa adalah sebuah refleksi dari budaya. Semakin besar perbedaan budaya, semakin besar pula perbedaan komunikasinya.

Namun demikian, hal tersebut dapat semakin menyulitkan untuk dilakukannya komunikasi. Kesulitan tersebut dapat mengakibatkan lebih banyak kesalahan komunikasi, kesalahan penggunaan kalimat, salah paham, ataupun salah persepsi.

Karena bahasa bersifat relatif yang tergantung pada ruang dan waktu maka penggunaan bahasa menyesuaikan dengan konteks dan komunitas penggunaannya.

Dalam menunjuk suatu obyek pun, kemungkinan akan terjadi perbedaan makna dalam pemakaian bahasa dan pengungkapan pesan pada komunitas budaya yang tidak sama.

Mengurangi ketidakpastian

Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besar ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi.

Ambiguitas bahasa dapat terbentuk karena sengaja disamarkan atau karena ketidaksadaran komunikator.

Banyak dari komunikasi yang kita lakukan untuk berusaha mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga kita dapat lebih baik dalam menguraikan, memprediksi, serta menjelaskan kepada orang lain.

Ketidakpastian dan ambiguitas yang besar memerlukan upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk dapat berkomunikasi dengan lebih bermakna.

Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya

Semakin besar perbedaan antarbudaya, maka semakin besar kesadaran diri para partisipan selama komunikasi.

Hal ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif bagi komunikasi antarbudaya.

Konsekuensi positifnya adalah kesadaran diri tersebut dapat membuat kita lebih waspada, sehingga mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut.

Konsekuensi negatifnya adalah membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, serta kurang percaya diri. Komunikasi yang dibangun menjadi kaku, datar, dan tidak sukarela.

Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya

Perbedaan antarbudaya penting dalam interaksi awal. Tetapi, tingkat kepentingan tersebut secara berangsur akan berkurang saat hubungan menjadi lebih akrab.

Perbedaan individu dalam sebuah interaksi awal merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam komunikasi antarbudaya.

Terdapat dua kemungkinan dalam sebuah interaksi awal yaitu:

  • Interaksi awal yang terjadi karena adanya perbedaan budaya akan menjadi suatu daya tarik untuk proses dan keberlanjutan komunikasi antarbudaya.
  • Terjadi masalah saat pertama kali dilakukannya komunikasi antarbudaya, sehingga menghambat komunikasi lintas budaya yang dibangun.

Adanya perbedaan budaya pada interaksi awal juga dapat menyumbangkan kesalahan persepsi kepada orang lain.

Oleh karena itu, seseorang tidak boleh cepat menyimpulkan sebuah asumsi terhadap orang lain hanya berdasarkan interaksi awal dan minimnya informasi yang diterima.

Memaksimalkan hasil interaksi

Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi

Adapun tiga konsekuensi yang mengisyaratkan implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya yaitu:

  • Orang akan berinteraksi dengan orang lain yang ia perkirakan akan memberikan hasil positif.
  • Apabila memperoleh hasil yang positif maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Sebaliknya, apabila memperoleh hasil negatif maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
  • Pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku kemudian melakukan apa yang menurutnya memberikan hasil positif dan berusaha tidak meakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.

Selain itu, kebanyakan orang berupaya memperoleh keuntungan yang lebih dari jaringan komunikasi antarbudaya yang dibangun dengan biaya yang minim.

Referensi:

  • Hardi, A. R., Faizah, I. H., Rahmatillah, I.,Mahendra, I. W., Amalia, L. F., Barqi, L. A. A., Salsabila, M., Maurellin dan teman-teman. (2023). Aksi Komunikasi dalam Teori dan Praktik. Mahakarya Citra Utama Group.
  • Fikki. (2020). Wawasaan Sosial Budaya: Pengantar bagi Kalangan Kesehatan. Guepedia.
  • Sjahruddin, H., Sulistiani, I., Fahrizal, M., Nurrachmah, S., Novieyana, S., Arini, D. U., Ali, H., Mamis, S., Suardhita, N., Anwar, M. (2023). Manajemen Komunikasi. Cendikia Mulia Mandiri.

https://www.kompas.com/skola/read/2023/12/02/010000669/6-prinsip-komunikasi-antarbudaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke