Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Rumat Adat Riau: Rumah Lontik dan Balai Selaso Jatuh

KOMPAS.com - Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang beridi di atas tiang dengan bangunan persegi panjang.

Dikutip dari Buku Pendidikan Seni Rupa Estetik Sekolah Dasar (2020) oleh Ariana Restian, rumah adat Selaso Jatuh Kembar adalah rumah adat khas Riau yang berupa balai selaso jatuh.

Balai atau rumah adat ini difungsikan sebagai tempat berkegiatan bersama, sebagai tempat pertemuan, tetapi tidak digunakan sebagai tempat tinggal pribadi.

Dari beberapa bentuk rumah, semuanya hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya identik, kecuali rumah lontik yang mendapat pengaruh Minang.

Berikut penjelasan untuk rumah adat Riau, rumah Lontik dan Balai Selaso Jatuh:

Rumah Lontik

Rumah Lontik disebut juga sebagai rumah Lancang karena rumah ini bentuk, ciri atpnya melengkung ke atas, agak runcing seperti tanduk kerbau.

Kemudian, dinding rumah ini miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang.

Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama.

Rumah adat Lontik diperkirakan mendapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau. Namun, belum banyak masuatakat Indonesia dari luar Riau yang mengetahui rumah adat ini.

Padahal, rumah adat Lontik merupakan salah satu rumah adat tradisional yang sangat indah dan unik karena hasil perpaduan dua kebudayaan yang serupa namun tak sama, yaitu budaya Indonesia dan Melayu.

Dari mulai struktur bangunan, pembagian ruangan, corak, serta motif hiasan yang dipakai rumah adat Riau semua mengandung nilai filosofi.

Salah satu filosofinya terdapat pada bagian anak tangga yang berjumlah lima, melambangkan angka yang signifikan dalam agama Islam, sedangkan tangga rumah biasanya memang dibuat ganjil.

Balai Selaso Jatuh

Balai Selaso Jatuh adalah bangunan seperti rumah adat, fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat.

Sesuai dengan fungsinya, bangunan ini mempunyai macam-macam nama, antara lain: Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan, dan lainnya.

Diketahui, bangunan tersebut kini tidak ada lagi, saat ini di desa-desa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangkut keagamaan dilakukan di masjid.

Ciri-ciri Balai Selaso Jatuh adalah atap rumat ini memiliki bentuk bersilang pada ujung, dan kaki atapnya melengkung ke bagian ujung atas atap.

Bangunan ini juga memiliki selasar keliling, yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikalatan Selaso Jatuh.

Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.

Hiasan yang disebut sulo bayung dan atap kaki yang disebut sayok layanagan ini bermakna filosofis sebagai penghubung antara manusia dan penciptanya.

Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan biasaya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Selembayung atau Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan.

https://www.kompas.com/skola/read/2023/05/22/203000169/mengenal-rumat-adat-riau--rumah-lontik-dan-balai-selaso-jatuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke