Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Rafflesia, Bunga Langka dan Terbesar di Dunia

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Bunga Rafflesia pertama kali ditemukan Louis Auguste Deschamps, seorang dokter dan penjelajah berkebangsaan Perancis.

Penemuan Rafflesia merupakan hasil ekspedisi tumbuhan selama tiga tahun di Pulau Jawa, pada akhir abad ke-18 Masehi. Ekspedisi ini merupakan permintaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Gerardus Van Overstraten.

Rafflesia dijadikan sebagai lambang kelangkaan dari berbagai jenis flora di dunia. Status konservasi Rafflesia di tingkat internasional adalah flora malesiana. Status ini menandakan bahwa Rafflesia merupakan tumbuhan langka di kawasan Malesia.

Sementara itu, di Indonesia sebagai habitat alami terbesar Rafflesia, spesies Rafflesia arnoldii memperoleh status sebagai Puspa Langka. Dengan demikian, Rafflesia merupakan spesies langka yang mewakili flora langka di Indonesia.

Anatomi bunga Rafflesia

Rafflesia atau puspa nusa adalah genus tumbuhan berbunga yang semua spesiesnya hidup sebagai parasit.

Anatomi tumbuhan Rafflesia tidak lengkap. Organ tubuhnya hanya berbentuk bunga yang mekar atau kuncup saja.

Rafflesia tidak memiliki daun, batang, dan akar. Sebagai ganti dari tidak adanya akar, Rafflesia memiliki jaringan bernama haustorium yang mampu menyerap hasil fotosintesis dari jaringan tumbuhan inangnya.

Bunga Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus tetrastigma (famili Vitaceace), yang menyebarkan haustoriumnya dalam jaringan tumbuhan tersebut.

Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.

Pada beberapa spesies, seperti Raflesia arnoldii, diameter bunganya bisa mencapai 100 sentimeter, dan beratnya hingga 10 kilogram.

Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 sentimeter. Bunganya terlihat dan berbau seperti daging busuk, karena itulah ia disebut bunga bangkai atau bunga daging.

Bau bunganya yang tidak enak mampu menarik serangga, seperti lalat dan kumbang kotoran, sehingga mereka membawa serbuk sari ke bunga betina.

Diketahui bahwa tupai dan mamalia hutan lainnya memakan buah dan turut serta dalam penyebaran bijinya.

Nama "bunga bangkai" yang dipakai Rafflesia juga digunakan untuk menyebut Amorphophallus titanum dari suku talas-talasan (Araceae), yang juga memiliki ukuran bunga tak bercabang terbesar di dunia.

Baik Rafflesia maupun Amorphophallus, keduanya merupakan tumbuhan berbunga tetapi hubungan kekerabatannya jauh.

Rafflesia merupakan bunga langka

Sejauh ini diketahui ada 27 jenis Rafflesia di seluruh dunia. Lima di antaranya ditemukan di Bengkulu, yakni Rafflesia arnoldii, Rafflesia gadutensis, Rafflesia hasseltii, Rafflesia bengkuluensis dan Rafflesia kemumu.

Rafflesia merupakan tumbuhan langka, karena memiliki waktu reproduksi yang relatif lama. Siklus dari biji menempel ke inang sampai mekar sempurna, membutuhkan waktu 2,5 sampai 3 tahun.

Sementara proses bunga mekar sempurna hanya 7 hari. Setelahnya akan membusuk.

Para ahli mengatakan bahwa persentase pembuahan Rafflesia sangat kecil. Karena bunga Rafflesia jantan dan betina sangat jarang mekar di waktu bersamaan.

Terlebih lagi, usia bunga Rafflesia hanya lima sampai tujuh hari sebelum akhirnya layu dan mati, sehingga bunga ini sangat membutuhkan bantuan serangga untuk penyerbukan.

Rafflesia termasuk tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya. Bunga ini tidak bisa berfotosintesis seperti tumbuhan pada umumnya. Karena tidak mempunyai daun, akar, dan tangkai.

Jika inangnya mati, Rafflesia juga akan mati. Saat menjadi parasit pada inangnya, Rafflesia akan menyerap unsur organik dan anorganik melalui haustorium atau sejenis akar dari jaringan inangnya.

https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/10/070000269/mengenal-rafflesia-bunga-langka-dan-terbesar-di-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke