Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Latar Belakang dan Alasan Kerajaan Demak Menguasai Banten

Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada 1478 setelah jatuhnya Kerajaan Majapahit.

Saat Raden Patah memimpin, Kerajaan Demak berperang dengan Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Girindrawardhana dan Prabu Udara. Kerajaan Demak berhasil memenangkan peperangan tersebut dan menjadi kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa pada 1518.

Sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa, Kerajaan Demak berhasil menguasai jalur perdagangan di Indonesia. Kerajaan ini juga memiliki daerah kekuasaan yang luas, yakni di sepanjang pantai utara Pulau Jawa hingga ke Palembang, Jambi, Banjar serta Maluku.

Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), rasa kebencian terhadap Portugis sudah tertanam dalam diri beberapa raja Kerajaan Demak.

Pati Unus, salah satunya. Ia pernah menyerbu Portugis saat di berada di Malaka. Berkat keberaniannya, ia dijuluki sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Setelah Pati Unus menjadi raja, ia tidak lagi menyerang Portugis di Malaka. Namun, memperkuat pertahanan lautnya agar Portugis tidak bisa masuk ke Pulau Jawa.

Tujuan Demak menguasai Banten

Saat Pati Unus wafat, kepemimpinan Kerajaan Demak diteruskan oleh adiknya, yakni Sultan Trenggana. Sama seperti kakaknya, Sultan Trenggana juga menaruh rasa benci terhadap Portugis.

Ia melakukan berbagai upaya untuk mencegah masuknya Portugis ke Jawa Barat. Salah satu upayanya ialah dengan menguasai wilayah Jawa Barat, termasuk Banten.

Dilansir dari Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, saat itu Banten merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya, yakni Samiam menjalin hubungan dengan Portugis. Tujuannya untuk membendung luasnya wilayah kekuasaan Kerajaan Demak, khususnya di Jawa Barat.

Fatahillah dikirim oleh Sultan Trenggana untuk menguasai Banten. Pada 1527, bersama dengan dua ribu pasukannya, Fatahillah berhasil menyerbu dan menguasai Banten.

Menurut Fitriyani Rahman dalam jurnal yang berjudul Perkembangan Prasejarah Banten Pada Abad XIV Hingga Masa Kesultanan Maulana Muhammad, Kerajaan Demak memiliki dua alasan utama dan satu alasan khusus mengapa ingin menguasai Banten.

Alasan utamanya ialah karena Kerajaan Pajajaran menjalin kerja sama dengan Kerajaan Portugis. Selain itu, Kerajaan Demak juga ingin memutus jalinan perdagangan Portugis dengan Kerajaan Pajajaran di Malaka.

Alasan khusus Kerajaan Demak menguasai Banten, yakni karena posisi Banten yang sangat strategis. Banten merupakan salah satu pusat perdagangan internasional dan daerah penghasil lada, yang saat itu komoditinya sangat diminati dalam perdagangan.

Usaha Fatahillah dan dua ribu pasukannya membuahkan hasil. Ia berhasil menguasai Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon. Atas jasanya, Fatahillah diangkat menjadi raja di Cirebon.

Setelah Banten dikuasai oleh Kerajaan Demak, pada 1526, Maulana Hasanuddin diangkat menjadi Bupati Kadipaten Banten.

Selain itu, pusat pemerintahan yang semula beradai di Banten Girang dipindah ke Surowosan. Karena untuk memudahkan hubungan antara pesisir Sumatra bagian barat melalui Selat Sunda dan Selat Malaka.

Pemindahan ibu kota ini juga dikarenakan Malaka dikuasai oleh Portugis sehingga banyak pedagang yang memilih untuk melewati Selat Sunda. Semenjak saat itu, banyak pedagang yang singgah di Banten.

Kemudian pada 1552, Banten menjadi bagian dari negara bagian Demak dan tetap menjadikan Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten.

Saat Kerajaan Demak runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Pajang pada 1568, Maulana Hasanuddin memproklamirkan jika Banten merupakan negara merdeka yang sudah terlepas dari pengaruh Demak.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/25/131344169/latar-belakang-dan-alasan-kerajaan-demak-menguasai-banten

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke