Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Contoh Debat tentang Belajar Online

Permasalahan mengenai belajar online selalu menjadi topik perdebatan. Menurut Fegy Lestari dalam Debat: Berpikir Kritis, Berwawasan Luas, Persuasif, Argumentatif (2018), debat merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membahas sesuatu dan mempertahankan pendapat. Berikut contoh debat tentang belajar online:

Pendapat dari kubu afirmasi

Contoh I

Saya sepakat bila tahun 2021, kegiatan belajar mengajar online diperpanjang. Tren kasus Covid-19 belum juga menampakkan penurunan. Sebaliknya, terjadi lonjakan kasus saat liburan akhir tahun. Pada 25 Desember 2020, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat total jumlah kasus sudah mencapai 700.000. Sampai saat ini belum ada tes massal yang diinisiasi oleh pemerintah. Sementara, penyebar virus paling berbahaya adalah orang tanpa gejala (OTG). Hal ini tentu membahayakan keselamatan siswa dan tenaga pengajar. Maka, saya sepakat bila belajar online diperpanjang.

Contoh II

Saya setuju dengan keputusan pemerintah memberi subsidi kuota. Pada 27 Agustus 2020, Kemendikbud mengumumkan pemberian subsidi kuota kepada siswa, mahasiswa, guru, dan dosen. Anggran subsidi ini sebesar Rp 9 triliun. Kuota ini penting untuk menunjang kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Salah satu kendala dalam PJJ adalah keterbatasan akses internet, dengan diberikannya subsidi kuota dapat mengurangi masalah dalam pelaksanaan PJJ. Maka, saya setuju dengan kebijakan tersebut.

Pendapat dari kubu oposisi

Contoh I

Saya tidak sepakat bila tahun 2021, kegiatan belajar mengajar online diperpanjang. Sudah dua semester, pelajar tidak mendapat pembelajaran tatap muka. Hal ini dapat berpengaruh pada perkembangan siswa. Interaksi sosial mereka jadi kurang berkembang, terutama pada anak di tingkat pendidikan PAUD, TK, dan SD. Mereka kehilangan proses belajar dan bermain bersama teman. Sebaiknya kelas tatap muka segera diadakan. Maka, saya tidak sepakat bila belajar online diperpanjang.

Contoh II

Saya kurang setuju dengan subsidi pemerintah berupa kuota. Subsidi tersebut hanya membantu daerah yang dekat dengan pusat kota. Sementara, di daerah yang jauh dari pusat kota, banyak siswa yang tidak memiliki ponsel. Pemberian subsidi kuota jadi percuma karena hanya menjangkau siswa atau kalangan yang sudah memiliki fasilitas seperti ponsel atau leptop. Sebaiknya subsidi tersebut ditinjau ulang, agar dapat meyasar kebutuhan semua pelajar di masa pandemi. Maka, saya kurang setuju dengan pemberian subsidi berupa kuota.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/26/173803769/contoh-debat-tentang-belajar-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke