Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Keunikan dan Pesan Moral Teater Nusantara

Di mana teater Nusantara memiliki ciri khas, keindahan, keunikan, dan pesan moral kepada masyarakat.

Banyak bentuk pementasan teater di Indonesia membawa pesan moral yang biasanya cukup penting. Kondisi inilah yang membuat seni teater memiliki keunikan tersendiri.

Pertunjukan teater pada umumnya memiliki pesan moral tentang kemanusiaan dan kritik sosial. Kritik-kritik tersebut mengungkapkan ketidakadilan yang terhadi di masyarakat. 

Di mana itu semua dikemas dan diwujudkan berdasarkan kreativitas masing-masing kelompok.  

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), beberapa kelompok teater Nusantara memiliki keunikan pada saa pertunjukannya.

Berikut keunikan beberapa kelompok teater Nusantara:

  • Teater Garasi

Pertunjukan perdana Garasi adalah pertunjukan Wah karya Putu Wijaya pada tanggal 2 April 1995 di Purna Budaya Yogyakarta. Pertunjukan tersebut mampu menyedot lebih dari 1000 penonton dalam satu malam.

Teater Garasi lahir di Yogyakarta pada pertengahan tahun 90-an telah mempunyai pola yang cukup mapan dalam hal penyutradaraan oleh Yudi Ahmad Tajudin.

Pemain dituntut bekerja keras melakukan eksplorasi terhadap setiap hal yang dimungkinkan. Pemain melakukan latihan berdasarkan kesadaran untuk melakukan jelajah kreativitas.

Pertunjukan kelompok ini senantiasa memukau dengan kemampuan individu para pemainnya. Serta dukungan artistik sehingga menghasilkan pertunjukan yang senantiasa menawan.

Pertunjukan Garasi seakan menjadi barometer peta perkembangan teater mutakhir Indonesia.

  • Teater Tetas

Kelompok tersebut berdiri sejak 30 September 1978. Pada awalnya bernama Teater Egg yang beranggotakan sejumlah aktivis teater di Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan dan berubah nama menjadi Teater Tetas sejak 1984.

Keunikan kelompok ini dikenal melalui pertunjukan-pertunjukannya yang mengangkat mitos pewayangan sebagai materi dasar pertunjukan.

Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk mengangkat gaya lain dalam pertunjukannya.

Beberapa naskah yang pernah dipentaskan antara lain, Geger Indraprasta (1986), Lahirnya Wisanggeni (1987), Bayi di Aliran Sungai (1999), Wisanggeni Berkelebat (2000), Palaganada: Dari Negeri Cinta (2001), Seorang Anak Menangis (2002), Palaganada: Jejak Surga (2003), Julung Sungsang (2005-2006), serta Republik Anthurium (2008).

  • Teater Satu Lampung

Teater Satu Lampung didirikan oleh Iswadi Pratama dan Imas Sobariah pada 18 Oktober 1996 di Lampung. Kelompok tersebut mementaskan naskah Lysistrata pada April 1997 sebagai pertunjukan perdana.

Pertunjukan-pertunjukan selanjutnya menampilkan berbagai gaya, pilihan artistik, dan kreativitas pemain yang dimanfaatkan secara maksimal.

Perekrutan anggota Teater Satu Lampung dimulai saat mereka mulai memasuki sekolah menengah atas. Teater Satu Lampung banyak mementaskan karya sastra dalam pertunjukan monolognya.

Proses penyampaian pesan menggunakan pemenatasan teater adalah salah satu bentuk komunikasi antara seniman dengan penonton. 

Dikutip dari buku Drama: Teori dan Pengajarannya (2002) karya Herman J. Waluyo, menonton suatu pertunjukan teater sering terjadi penonton dapat memahami jalan cerita, walaupun ada kata-kata atau kalimat yang kurang dipahami.

Di mana dimungkinkan karena pembicaraan dalam dialog suatu teater diikuti oleh mimik dan gerak-gerik serta intonasi yang kurang jelas oleh pelaku yang memainkan perannya dengan baik.

Melalui teater, selain dapat mempelajari dan menikmati hasilnya, orang juga dapat memahami masalah yang disodorkan di dalamnya tentang masyarakat melalui dialog-dialog pelaku. 

Juga belajar tentang isi pesan teater tersebut dan juga mempertinggi pengertian mereka tentang bahasa lisan. Maka nilai-nilai pesan yang terkandung di dalamnya mudah diserap oleh penonton.

Dilansir dari buku Terampil Bermain Drama (2002) karya Asul Wiyanto, lakon teater atau jalannya teater sebenarnya mengandung pesan atau ajaran, terutama ajaran moral bagi penontonnya. Penonton menemukan ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama.

Dalam buku Kitab Teater: Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan (2011) karya N. Riantiarno,isi pesan berbicara mengenai apa yang dikatakan (what to say).

Jika dikaitkan dengan isi pesan dalam teater, isi pesan yang mencakup semua ide atau gagasan, bahkan tema dalam pertunjukan teater dikemas dalam sebuah naskah pertunjukan. 

Dimana naskah tersebut harus menceritakan atau menjabarkan sebuah isi pesan baik moral atau bercerita tentang kehidupan sehari-hari.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/10/201500469/keunikan-dan-pesan-moral-teater-nusantara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke