Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Menyikapi Remaja Pubertas

KOMPAS.com - Pubertas menjadi masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Terdapat perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual saat pubertas.

Tidak semua remaja mengerti dan siap terhadap perubahan tersebut ketika masa puber. Di samping itu banyak pula orangtua yang enggan menanyakan atau membicarakan hal tersebut, terutama pada anak perempuan.

Dilansir dari Kompas.com, masa puber harus sering dibahas atau dibicarakan antara orangtua dan anak, bahkan sebelum mereka memasuki masa puber.

Orangtua sebagai teman

Dokter kandungan dari Loyola University Health System di Maywood III, dr. Akua Afriyie mengatakan kebanyakan anak remaja di masa pubertas tanpa pengetahuan yang cukup.

Pubertas umumnya dimulai pada umur 8-9 tahun dengan tumbuhnya rambut halus disekitar ketiak dan organ intim.

Kemudian diikuti pertumbuhan payudara pada umur 9-10 tahun menstruasi rata-rata pada umur 12 tahun pada perempuan. Untuk laki-laki mengalami mimpi basah.

Anggap anak layaknya seorang teman. Orangtua bisa membuka obrolan atau diskusi dengan menanyakan apakah ada teman-temannya yang sudah berubah secara fisik.

Misalnya mulai terlihat jakun, berkumis, berjenggot untuk laki-laki dan untuk teman-teman perempuan yang sudah menggunakan bra atau menstruasi.

Bangun kedekatan dengan anak, sehingga orangtua bisa mendampingi selama masa puber. Sering mengajak diskusi atau ngobrol ringan bisa menghilangkan jarak antara orangtua dan anak.

Orangtua sebagai pendidik

Dilansir dari buku The Anger Habbit in Parenting (2005) karya Carl Semmelroth, orangtua harus lebih terbuka baik dalam memahami masa puber dalam anak dan setiap informasi mengenai pubertas pada anak remaja.

Dengan informasi yang benar, orangtua bisa memberikan penjelasan yang benar serta tepat. Sehingga anak tidak mencari informasi di luar yang belum pasti kebenarannya.

Selain keterbukaan dalam membahas pubertas dengan anak, orangtua juga harus membuka diri mengenai perkembangan atau tren seperti media sosial.

Bukan berarti orangtua mengerti segala hal. Ada perlunya orangtua juga memperbanyak pengetahuan dalam segala hal, terutama mengenai pubertas.

Orangtua yang memiliki banyak informasi dan pengetahuan bisa memberikan penjelasan yang masuk akal.

Orangtua sebaiknya jangan melarang atau memarahi anak tanpa alasan yang jelas. Justru ajaklah anak untuk berdiskusi bersama dengan apa pun yang menjadi pilihannya.

Orangtua tidak hanya memberikan ciri-ciri pubertas laki-laki pada anak laki-laki dan pubertas perempuan pada anak perempuan.

Ada baiknya anak perempuan dan laki-laki mengetahui ciri-ciri pubertas lawan jenisnya.

Orangtua yang aktif

Orangtua jangan menunggu anak bertanya. Jika menginjak umur 10 tahun tak ada pertanyaan, kemungkinan anak merasa malu.

Mulai bicarakan isu pubertas ketika anak menginjak umur 9 tahun. Masing-masing anak memang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda.

Kenali sifat anak sehingga orangtua bisa menentukan langkah atau cara pendekatan yang enak untuk membicarakan atau berdiskusi mengenai pubertas.

Orangtua juga bisa sharing atau menceritakan pengalamannya mengenai menstruasi pertama atau mimpi basah pertama.

Masalah pubertas menjadi masalah orangtua. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap persiapan anak menghadapi pubertas. Jangan sampai anak-anak tidak siap dan tidak memiliki pengetahuan pubertas yang jelas.

Sharing informasi dan menganggap pubertas bukanlah hal tabu itu cukup penting.

(Sumber: Kompas.com/Unoviana Kartika | Editor: Lusia Kus Anna)

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/12/180000169/cara-menyikapi-remaja-pubertas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke