Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Identifikasi Kasus Tuberkulosis Pertama pada Neanderthal

Kompas.com - 06/02/2024, 19:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Neanderthal yang hidup di Eropa Tengah sekitar 35.000 tahun yang lalu ternyata menderita tuberkulosis (TB).

Itu terungkap setelah ahli menganalisis DNA tulang mereka.

Baca juga: WHO Minta Negara G20 Berinvestasi dalam Penanganan Tuberkulosis Global

Temuan tersebut juga sekaligus pertama kalinya penyakit ini teridentifikasi pada Neanderthal sehingga menimbulkan pertanyaan apakah TB berkontribusi terhadap kepunahan mereka.

Kasus tuberkulosis

Mengutip Live Science, Senin (5/2/2024) dalam dua studi penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Tuberculosis pada bulan Desember 2023, satu tim peneliti internasional menganalisis ulang sisa-sisa kerangka dua Neanderthal yang ditemukan di sebuah gua di Hongaria pada tahun 1932.

Sedangkan tim peneliti yang lain menguji bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberkulosis.

Gua Subalyuk, yang terletak di Pegunungan Bükk di Hongaria utara sendiri digunakan sebagai tempat berlindung oleh hewan dan manusia selama berabad-abad dan dianggap sebagai situs Paleolitik Tengah hingga Akhir yang sangat penting.

Baca juga: Mengapa Sebagian Orang Suka Bangun Pagi, DNA Neanderthal Jelaskan

Di gua itu, sisa-sisa hominin ditemukan di dekat pintu masuk yang merupakan wanita dewasa dan seorang anak berusia sekitar 3-4 tahun saat meninggal.

Mengingat ciri-cirinya, peneliti berasumsi bahwa sisa-sisa kerangka tersebut mewakili beberapa Neanderthal terakhir di Eropa Tengah.

Penanggalan karbon dari sisa-sisa tersebut pada awal tahun 2023 mengonfirmasi bahwa anak tersebut meninggal sekitar 33.000 hingga 34.000 tahun yang lalu, sedangkan orang dewasa meninggal lebih awal, sekitar 37.000 hingga 38.000 tahun yang lalu.

Tulang individu Subalyuk ternyata menyimpan petunjuk tambahan tentang kehidupan mereka dan juga kematiannya.

Bukti nyata adanya infeksi kerangka ditemukan pada kedua Neanderthal, termasuk lesi tulang di sepanjang tulang belakang orang dewasa dan di bagian dalam tengkorak anak-anak.

Perubahan kerangka ini, yang disebut lesi litik, mencerminkan pengeroposan tulang, yang mengakibatkan lubang.

Meskipun lesi litik dapat terjadi karena sejumlah penyakit, seperti kanker, lokasi dan polanya di dalam tubuh Neanderthal Subalyuk menunjukkan diagnosis tuberkulosis.

Untuk menguji diagnosis ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Oona Lee dari Universitas Birmingham di Inggris mengambil sampel tulang dari dua kerangka tersebut dan menganalisisnya untuk mengetahui keberadaan DNA M. tuberkulosis. Keduanya positif.

Baca juga: Hati-hati, Risiko Tuberkulosis Dapat Mengancam Siapa Saja

“Berdasarkan pengamatan morfologi dan dukungan biomolekuler, kami dapat menyimpulkan bahwa tuberkulosis ada di Eropa Tengah selama Pleistosen Akhir, sekitar 36-39 ribu tahun yang lalu,” tulis peneliti.

Penularan TB

Penemuan TB pada Neanderthal menimbulkan pertanyaan tambahan, yakni bagaimana mereka tertular.

Bukti adanya TB pada hewan-hewan besar di Eropa kuno, khususnya pada bison memberikan jawabannya.

Neanderthal yang berburu dan memakan hewan-hewan ini kemungkinan besar tertular TB melalui mereka.

"Temuan ini memberikan pendekatan menarik yang melampaui cakupan pemahaman spesies kita tentang penyakit TB," ungkap Kori Filipek, ahli paleopatologi di Universitas Derby di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Penelitian juga memberikan jalan bagaimana perilaku manusia dan non manusia memungkinkan patogen tertanam dalam lanskap penyakit kita," tambahnya.

Peneliti sendiri mendukung kemungkinan bahwa bahwa TB berkontribusi terhadap kepunahan Neanderthal.

Namun penelitian di masa depan mengenai hal tersebut dapat memberikan bukti baru tentang penyakit yang menyerang Neanderthal dan mungkin alasan kepunahan mereka.

Baca juga: Bagaimana Manusia Purba Neanderthal Mencari Makan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com