Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mohenjo-daro, Situs "Gundukan Orang Mati" di Lembah Indus

Kompas.com - 23/10/2023, 14:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Ribuan tahun yang lalu, terdapat sebuah kota berpenduduk 40.000 jiwa yang berdiri dengan gagah di Lembah Indus, menyaingi kekuatan besar Mesir kuno, Mesopotamia, dan Kreta Minoa.

Kota itu terus berkembang selama berabad-abad hingga mengalami kemunduran yang tiba-tiba dan ditinggalkan karena alasan yang tidak sepenuhnya diketahui.

Reruntuhan Mohenjo-daro, yang berarti “Gundukan Orang Mati,” terletak di wilayah yang saat ini disebut Pakistan, di provinsi barat daya Sindh.

Menurut UNESCO, Mohenjo-daro memiliki luas 24 hektar, meskipun sepertiga dari situs tersebut telah digali sejak tahun 1922.

Dibangun sekitar tahun 2500 SM, tata letak Mohenjo-daro yang terorganisir menunjukkan bahwa pemukiman tersebut merupakan hasil dari sistem perencanaan kota.

Baca juga: Potret Mumi Penuh Warna Ditemukan di Situs Kota Kuno Philadelphia

Pada masa kejayaannya, kota metropolitan ini memiliki jalan-jalan lurus yang berpotongan tegak lurus, menciptakan blok-blok kota yang dipenuhi dengan pusat-pusat kegiatan, pemandian umum, pusat kebudayaan, perguruan tinggi untuk para pendeta, sistem drainase yang kompleks, dan lumbung yang besar.

Keruntuhan Mohenjo-daro

Mohenjo-daro terus berkembang hingga ditinggalkan dan dibiarkan hancur sekitar tahun 1800 SM hingga 1700 SM.

Karena pelestarian situs tersebut, dikatakan bahwa warga kota ini kemungkinan besar menjadi korban bencana yang terjadi secara cepat, bukan kematian yang terjadi secara alami dan perlahan.

Anehnya, tidak ada tanda-tanda banjir, kebakaran, atau peperangan dahsyat. Lusinan kerangka ditemukan di situs tersebut, meski tampaknya mereka bukan korban pembantaian besar-besaran.

Namun, jelas bahwa banyak peradaban di sekitar Lembah Indus mengalami keruntuhan pada masa ini.

Baca juga: Situs Megalitik Terbesar Ditemukan di Spanyol, Berisi 500 Batu Berdiri

Pada tahun 1800 SM, sebagian besar kota-kota besar di kawasan ini hampir sepenuhnya ditinggalkan. Akhirnya, desa-desa di sekitar kaki bukit Himalaya juga mengalami kemunduran.

Salah satu teori yang sering muncul adalah kekeringan besar yang melanda wilayah tersebut, yang menyebabkan pertanian dan permukiman besar hancur.

Pada tahun 2023, studi tentang stalagmit kuno dari sebuah gua di Himalaya memberikan beberapa bukti kuat untuk teori ini.

Para ilmuwan di Universitas Cambridge mengamati lapisan pertumbuhan dalam fitur geologi untuk mempelajari sejarah curah hujan di wilayah tersebut, dan mengungkapkan bahwa wilayah tersebut dilanda kondisi yang sangat kering sekitar 4.200 tahun yang lalu, yang berlangsung selama beberapa abad.

Bahkan, di luar Lembah Indus dan pegunungan Himalaya, terdapat beberapa bukti bahwa kekeringan global terjadi sekitar 4.200 tahun yang lalu.

Baca juga: Situs Prasejarah Gua Harimau Simpan Berbagai Artefak Paleolitik hingga Sisa-sisa Tubuh Manusia

Tidak semua orang setuju dengan teori ini, namun gagasan ini dengan tegas menjelaskan mengapa begitu banyak peradaban besar pertama umat manusia yang mengalami kemunduran dan berakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com